laporan pola penyebaran populasi

Laporan praktikum
Dasar-Dasar Ekologi

POLA PENYEBARAN POPULASI


                                      NAMA           :           RAHMAT SOLEH
                                      NIM                :           G011171066
                                      KELAS           :           DDE A
                                      KELOMPOK :           1
                                      ASISTEN       :           1. SRIBULAN HENDRIK
                                                                          2. ANDRI JASMITRO


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Organisme di alam ini tidak bisa hidup secara terpisah sendiri. Pada prinsipnya terbentuk dari berbagai interaksi antar populasi yang ada. Misalnya dalam mencari luas minimum dan jumlah minimum suatu area. Tentunya didalamnya terdapat suatu komunitas, populasi-populasi tersebut akan berhimpun kedalam kelompok membentuk komunitas.
Perubahan dalam jenis habitat juga dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam pola penyebaran, dan dalam habitat yang sama, spesies-spesies yang berada biasanya memperlihatkan perbedaan pola penyebaran. 
Bentuk vegetasi dalam suatu petak dapat memperlihatkan hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Vegetasi terbentuk dari interaksi antar jenis tumbuhan. Untuk mengetahui apakah penyebaran individu didalam suatu populasi dalam suatu vegetasi dapat dilakukan pengamatan, dari hasil pengamatan teersebut akan didapatkan bentuk penyebaran, diantaranya secara acak, merata, atau berkelompok.
Informasi kepadatan populasi saja belum cukup untuk memberikan suatu gambaran yang lengkap mengenai keadaan suatu populasi yang ada dalam suatu habitat. Dua populasi mungkin dapat mempunyai kepadatan yang sama, tetapi mempunyai perbedaan dalam pola penyebaran (tempat). Kepadatan populasi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh pola penyebaran populasinya.
Penyebaran populasi adalah pergerakan individu ke dalam atau keluar wilayah populasi. Penyebaran populasi sangat berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya.
Berdasarkan uraian diatas, praktikum ini dilakukan untuk mengamati, memaparkan, atau untuk merincikan tentang bagaimana pola penyebaran populasi dalam suatu komunitas terjadi.



1.2        Tujuan dan Kegunaan
      Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengatahui pola penyebaran populasi dan cara menentukan pola penyebaran dengan menggunakan metode Chi- Square Test (CST).
      Adapun kegunaanya adalah percobaan diharapkan dapat memberikan pengatahuan tentang pola penyebaran pola populasi dalam suatu komunitas.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Hirarki Keragaman Hayati
            Pengertian keanekaragaman hayati adalah variabilitas di antaran makhluk hidup dari semua sumber, termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks ekologik tempat hidup makhluk hidup menjadi bagiannya. Hal ini meliputi keanekaragaman jenis, antar jenis dan ekosistem (Convention on Biological Diversity, 1993 dalam Herawati. 2012).
            Pengertian yang lain, keanekaragaman hayati adalah ketersediaan keanekaragaman sumber daya hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis), keanekaragaman antarjenis dan keanekaragaman ekosistem (Sudarsono dkk, 2005: 6 dalam Herawati, 2012).
            Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan lainnya (Global Village Translations, 2007:4  dalam Herawati. 2012).
Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk derajat keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah maupun frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen di suatu daerah (Herawati. 2012).
            Keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang mampu berpikir seperti manusia (Bappenas, 2004: 6  dalam Herawati. 2012).
            Menurut Mochamad Indrawan, (2007) dalam Herawati. (2012) Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan yaitu:
a. Keanekaragaman spesies
            Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia. Definisi spesies secara morfologis ini yang paling banyak digunakan oleh pada taksonom yang mengkhususkan diri untuk mengklasifikasikan spesies dan mengidentifikasi spesimen yang belum diketahui.
b. Keanekaragaman genetik
            Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara individu-individu dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi memiliki perbedaan genetik antara satu dengan lainnya. Variasi genetik timbul karena setiap individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas. Variasi genetik bertambah ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari induknya melalui rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi seksual. Proses inilah yang meningkatkan potensi variasi genetik dengan mengatur ulang alela secara acak sehingga timbul kombinasi yang berbeda.
c. Keanekaragaman ekosistem
            Keanekaragaman ekosistem merupakan komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing. Populasi dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok organisme dari spesies yang sama yang menempati suatu ruang tempat tertentu dan berfungsi sebagai suatu komunitas biotik, yang selanjutnya membentuk kumpulan populasi yang berfungsi sebagai suatu unit dan berkembang bersama melalui perubahan metabolik pada suatu daerah habitat fisik tertentu.
          Populasi memiliki berbagai macam sifat-sifat, beberapa sifat diantaranya adalah, kerapatan jenis, natalitas (tingkat kelahiran), mortalitas (tingkat kematian), distribusi umur, potensi biotik, penyebaran populasi, bentuk pertumbuhan sekresi-R dan sekresi-K. Populasi juga memeliki ciri genetik yang berhubungan langsung dengan ekologinya seperti; penyesuaian diri, keberhasilan reproduktif, persistensi (peluang keturunannya hidup dalam waktu yang panjang) (Ambo ala, 2016).
2.2                   Penyebaran Populasi
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2013).
     Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2013).
2.3       Cara Penyebaran Populasi
     Menurut umar (2013), penyebaran populasi dalam suatu ekosistem dapat terjadi melalui tiga cara yaitu :
1.        Emigrasi, yaitu pergerakan individu keluar dari daerah populasinya ke tempat lainnya dan tinggal secara permanen.
2.        Imigrasi, yaitu pergerakan individu dari suatu daerah populasi lainnya dan tinggal secara permanent
3.        Migrasi, yaitu pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu daerah ke daerah populasi lainnya secara
2.4       Sifat-sifat pola penyebaran populasi
Menurut Ambo Ala (2016) Pola penyebaran adalah salah satu bentuk pertahanan hidup dari serangan predator dan juga iklim, terdapat 3 pola penyebaran populasi, yaitu :
a.    Pola Penyebaran Secara Acak (Random)
            Pola penyebaran secara acak jarang ditemukan dialam, hal ini terjadi karena faktor lingkungan sangat  seragam atau pada tempat dengan bnayak faktor yang bekerja bersama-sama dengan populasi itu.
b.    Pola Penyebaran Teratur (Regular)
            Pola penyebaran teratur terjadi jika ada persaingan yang  hebat antar individu yang mendorong pembagian ruang yang sama.
c.    Pola Penyebaran Berkelompok (Clumped)
            Pola penyebaran berkelompok merupakan pola penyebaran yang umum terjadi dalam populasi dan jadi aturan apabila dipandang dari sudut individu.



2.5       Faktor-Faktor Penyebaran Populasi
            Menurut Yuliana Natan (2009), menyatakan bahwa faktor utama penyebaran populasi, antara lain:
a.    Natalitas (Angka Kelahiran)
            Natalitas adalah kemampuan suatu populasi untuk bertahan melalui reproduksi. Natalitas sama dengan angka kelahiran yang merupakan istilah yang digunakan pada studi populasi manusia atau (demografi). Kenyataannya, istilah angka kelahiran telah diperluas dengan menggunakannya pada kelahiran organisme baru, penetasan, perkecambahan, atau muncul dengan pembelahan. Natalitas umumnya dinyatakan sebagai laju (rate) yang ditentukan dengan membagi jumlah individu baru yang dihasilkan dengan unit tertentu. Laju natalitas kotor atau mutlak atau dengan membagi jumlah individu baru per satuan waktu oleh unit populasi disebut tingkat natalitas spesifik. Dalam ekologi natalitas dapat dibedakan dalam dua jenis, antara lain:
a)              Natalitas maksimum (natalitas absolut atau natalitas fisiologi) secara teoritis adalah produksi maksimum individu baru pada kondisi lingkungan ideal (tidak ada faktor pembatas secara ekologi, pembatas reproduksi hanya faktor fisiologi) dan konstan pada populasi tertentu.
b)             Natalitas ekologi atau natalitas terealisasi, mengacu pada peningkatan populasi di bawah kondisi lingkungan lapangan yang sebenarnya atau spesifik. ini tidak konstan untuk populasi tetapi bervariasi dengan komposisi ukuran dan umur populasi dan dengan kondisi lingkungan fisik.
b.    Mortalitas (Laju Kematian)
            Mortalitas adalah ukuran kematian individu Dalam populasi kurang lebih berlawanan dengan natalitas. Mortalitas sama dengan tingkat kematian dalam demografi. Seperti natalitas, mortalitas dapat dinyatakan sebagai jumlah individu yang mati dalam suatu periode waktu tertentu (kematian per unit waktu), atau laju spesifik dalam hal unit total populasi atau bagian daripadanya. Mortalitas juga dapat dibedakan dalam dua jenis yakni:
a)                  Mortalitas ekologi atau mortalitas terealisasi adalah kehilangan individu pada kondisi lingkungan sesungguhnya seperti natalitas ekologi, tidak konstan tetapi bervariasi tergantung kondisi populasi dan lingkungan.
b)                  Mortalitas minimum (teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi lingkungan yang ideal, optimum dan mati semata-mata karena usia tua.
c.    Kerapatan populasi (densitas)
            Kerapatan populasi adalah ukuran besarnya populasi yang berhubungan dengan satuan ruang atau area yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah (cacah) individu dan biomasa persatuan luas, persatuan isi (volume) atau persatuan berat medium lingkungan yang ditempati. Kepadatan populasi juga digunakan untuk mengetahui populasi yang sedang berubah (berkurang atau bertambah) pada saat tertentu dan biasanya dihubungkan dengan variabel waktu.
d.   Penyebaran individu dalam populasi
            Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relatif terhadap yang lain dalam populasi. Penyebaran atau distribusi dalam suatu populasi biasa bermacam-macam, pada umumnya diperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu pola penyebaran secara acak yaitu pola penyebaran dimana kehadiran suatu individu tidak mempengaruhi atau dipengaruhi individu lainnya, penyebaran secara merata yaitu pola penyebaran dalam ruang dimana jarak individu dan pengamatannya teratur antara satu dengan yang lainnya, dan penyebaran berkelompok yaitu pola penyebaran yang relatif paling umum terdapat di alam dan mengumpulkan itu sendiri dapat terjadi karena perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan lain-lain.



BAB III
METODOLOGI
3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 November 2017 pukul 08:00 WITA – selesai, bertempat di Kebun Percobaan (exfarm) Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2        Alat dan Bahan
            Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meteran, alat hitung dan alat tulis menulis, sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tali rafiah dan patok.
3.3        Prosedur Kerja
            Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
3.3.1    Persiapan Praktikum
            Adapun persiapan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.             Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.             Membuat  plot berukuran 3 m x 3 m, lalu dibatasi dengan tali rafiah.
3.             Membuat sub plot ukuran 1 m x 1 m dalam pot dan dibatasi dengan tali rafiah.
3.3.2    Teknik Pelaksanaan
            Adapun teknik pelaksanaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.             Membuat  plot berukuran 3 m x 3 m, lalu dibatasi dengan tali rafiah.
2.             Membuat sub plot ukuran 1 m x 1 m dalam pot dan dibatasi dengan tali rafiah.
3.             Mengitung  jumlah individu vegetasi yang telah ditentukan sebelumnya pada setiap sub plot.
4.             Melakukan  perhitungan dengan menggunakan formula :
·      Rata-rata jumlah individu/plot                         =
·      Ragam                                                                       S2 =
·      Jumlah Kuadrat                                                        SS = (n – 1) S2
·      Chi-Square Test                                                        X2 =
5.             Membandingkan  nilai Chi-Square Test dengan X2 tabel  yaitu (n-1) = 95% atau 99 %
6.             Menentukan  pola penyebaran populasi dengan catatan :
Nilai
Pola Penyebaran
X2 hitung > X2 tabel
Acak
X2 hitung < X2 tabel
Berkelompok
X2 hitung = X2 tabel
Seragam




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1         Hasil
            Adapun hasil pengamatan yang dilakukan dari praktikum pola penyebaran populasi ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Hasil pengamatan pola penyebaran populasi
Plot
Jumlah Jenis Individu
Rata-rata (X)
Ragam (S2)
Jumlah kuadrat
(SS)
Chi-Square Test
Sub Plot 1
7
0,77
4,85
38,8
63,16
Sub Plot 2
8
0,88
6,33
50,64
72,15
Sub Plot 3
10
1,11
9,88
79,64
86,63
Sub Plot 4
8
0,88
6,33
50,64
72,15
Sub Plot 5
8
0,88
6,33
50,64
72,15
Sub Plot 6
10
0,11
9,88
79,04
86,63
Sub Plot 7
8
0,88
6,33
50,64
72,15
Sub Plot 8
6
0,66
3,36
28,48
55,23
Sub Plot 9
7
0,77
4,85
38,8
63,16
Total
72
7,94
58,14
466,72
643,41
Sumber: data primer setelah diolah (2017)
4.2         Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa jumlah vegetasi-vegetasi yang terdapat pada masing-masing plot yang di amati memiliki jumlah vegetasi yang berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena lahan yang digunakan untuk mengamati pada pratikum pola penyebaran populasi ini memang terdapat banyak vegetasi yang berada di atas permukaan tanah lahan yang diamati dalam pratikum pola penyebaran populasi ini.
Vegetasi yang terdapat pada masing-masing plot juga berbeda-beda. Jenis vegetasi yang muncul yakni tanaman-tanaman yang kecil yang berdaun lebar dan adapula yang berdaun sempit. Tanaman lain yang terdapat di lahan pengamatan juga ada tanaman yang menjalar dan berbagai macam jenis-jenis tanaman yang lainnya yang terdapat di daerah sekitar lahan pengamatan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan formula yang telah ditentukan, pola penyebaran populasi yang diamati termasuk ke dalam kategori pola penyebaran acak. Hal ini sesuai dengan perbandingan nilai Chi-Square Test denganX2 tabel yaitu (n-1) = 95 % atau 99 %, dimana 95 % = 0,05. Jadi X2 hitung (15,76) > X2 tabel (0,05).
      Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai Chi-Square test yang diperoleh lebih besar dari X2 tabel sehingga pola penyebaran populasi pada plot yang diamati adalah jenis pola penyebaran populasi acak. Adapun hasil ini sesuai dengan keadaan di plot pengamatan dimana terdapat berbagai jenis vegatasi yang disebabkan karena adanya perubahan lingkungan seirinG berjalannya waktu. Hal ini sesuai dengan pendapat Michael (2008) yang menyatakan bahwa pergantian jenis-jenis vegetasi sejalan dengan waktu dapat terjadi secara acak atau sebagai akibat adanya perubahan lingkungan dari musim ke musim maka jenis-jenis vegetasi yang berbeda dari jenis vegetasi yang sudah ada akan bermunculan dan menyebar pada area tersebut.
Jumlah vegetasi pada masing-masing plot berbeda karena adanya berbagai macam faktor yang mempengaruhi penyebaran individu dalam populasi tersebut. Faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu berupa iklim atau cuaca, kecepatan angin yang dapat memberi pengaruh terhadap penyebaran individu, arus air yang terdapat pada permukaan tanah, faktor biotik yang dapat berupa persaingan dan pemangsaan antara individu-individu yang terdapat di dalam populasi serta hal lain yang dapat berpengaruh pada individu dalam populasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Fatahuddin (2017), yang menyatakan bahwa pola penyebaran populasi cenderung dipengaruhi oleh komponen-komponen fisik.














BAB V
PENUTUP
5.1    Kesimpulan
            Berdasarkan praktikum yang dilakukan di lapangan dapat diketahui bahwa:
1.      Setelah dilakukan percobaan dapat diketahui pola penyebaran populasi dalam komunitas dengan melakukan perhitungan rata-rata jumlah individu/plot, ragam, jumlah kuadrat dan sekaligus mengetahui nilai Chi-Square Test hitung yang kemudian dibandingkan dengan tabel Chi-Square Test sehingga diperoleh pola penyebaran berkelompok.
2.      Percobaan ini telah menambah pengetahuan yaitu dengan mengamati dan melakukan perhitungan dapat diketahui pola penyebaran populasi pada vegetasi yang ada di lingkungan sekitar.    
5.2    Saran
Sebaiknya sebelum melakukan pratikum populasi ada baiknya memahami mengenai populasi dan dalam pemilihan lokasi menggunakan tempat yang agak luas sehingga lingkungan yang akan diamati biotik dan abiotiknya banyak.










DAFTAR PUSTAKA
Ambo Ala. 2016. Bahan Ajar Dasar-Dasar Ekologi. Uninersitas Hasanuddin. Makassar.
Fatahuddin. 2017. Bahan Ajar Dasar-Dasar Ekologi. Uninersitas Hasanuddin. Makassar.
Herawati, Shinta. 2012. Penyusunan Modul Keanekaragaman Morfologi Bunga Di Pusat Penjualan Tanaman Pare Magelang Bagi Siswa Sma Kelas X. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Michael, P. E., 2008. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.  Universitas Indonesia. Jakarta.
Natan, Yuliana. 2009. Parameter Populasi Kerang Lumpur Tropis Anodontia edentula Di Ekosistem Mangrove. Jurnal Biologi Indonesia. Volume 6, Nomor 1. Halaman: 25-38.
Umar. M. Ruslan, 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.


LAMPIRAN
1.             Perhitungan
A.      Sub Plot 1
1.  Rata-rata jumlah individu atau plot
X̅ =  =  = 0,77
       2.  Ragam
S2 =  =   = 4,85
       3.  Jumlah kuadrat
            SS        = (n – 1) S2
                        = (9-1) 4,85
           = 38,8
       4.  Chi-Square Test
X2 =  = =  = 63,16
B.       Sub Plot 2
1.  Rata-rata jumlah individu/plot
X̅ =  =  = 0,88                                           
2.  Ragam
S2 =  =   = 6,33
3.  Jumlah kuadrat
SS        = (n – 1) S2
                  = (9-1) 6,33
                  = 50,64
4.  Chi-Square Test
X2 =  = =  = 72,15
C.       Sub Plot 3
1.  Rata-rata jumlah individu/plot
      X̅ =  =  = 1,11



2.  Ragam
      S2 =  =   = 9,88
3.  Jumlah kuadrat
SS        = (n – 1) S2
                  = (9-1) 9,88
                  = 79,04
4.  Chi-Square Test
      X2 =  = =  = 86,63
D.      Sub Plot 4
1.  Rata-rata jumlah individu/plot
X̅ =  =  = 0,88
2.  Ragam
S2 =  =   = 6,33
3.  Jumlah kuadrat
SS        = (n – 1) S2
                  = (9-1) 6,33
                  = 50,64
4.  Chi-Square Test
X2 =  = =  = 72,15
E.       Sub Plot 5
1.  Rata-rata jumlah individu/plot
X̅ =  =  = 0,88
2.  Ragam
S2 =  =   = 6,33
3.  Jumlah kuadrat
SS        = (n – 1) S2
                  = (9-1) 6,33
                  = 50,64
4.  Chi-Square Test
X2 =  = =  = 72,15
F.        Sub Plot 6
1.  Rata-rata jumlah individu/plot
      X̅ =  =  = 1,11
2.  Ragam
      S2 =  =   = 9,88
3.  Jumlah kuadrat
SS        = (n – 1) S2
                  = (9-1) 9,88
                  = 79,04
4.  Chi-Square Test
      X2 =  = =  = 86,63
G.      Sub Plot 7
1.  Rata-rata jumlah individu/plot
X̅ =  =  = 0,88
2.  Ragam
S2 =  =   = 6,33
3.  Jumlah kuadrat
SS        = (n – 1) S2
                  = (9-1) 6,33
                  = 50,64
4.  Chi-Square Test
X2 =  = =  = 72,15
H.      Sub Plot 8
1.  Rata-rata jumlah individu/plot
X̅ =  =  = 0,66



2.  Ragam
S2 =  =   = 3,56
3.  Jumlah kuadrat
SS        = (n – 1) S2
                  = (9-1) 3,56
                  = 28,48
4.  Chi-Square Test
X2 =  = =  = 55,23
I.         Sub Plot 9
1.  Rata-rata jumlah individu atau plot
X̅ =  =  = 0,77
       2.  Ragam
S2 =  =   = 4,85
       3.  Jumlah kuadrat
            SS        = (n – 1) S2
                        = (9-1) 4,85
           = 38,8
       4.  Chi-Square Test
X2 =  = =  = 63,16



2.             Gambar
 Description: G:\ekologi\LAMPIRAN POPULASI\IMG_20171111_092411.jpg                                                 Description: G:\ekologi\LAMPIRAN POPULASI\IMG_20171111_101614.jpg
Gambar 2: Pembuatan plot                                               Gambar 2: Pengitungan                                                                                                    jumlah individu vegetasi
3.             Buku Dan Jurnal
       
Herawati, Shinta. 2012. Penyusunan Modul Keanekaragaman Morfologi Bunga Di Pusat Penjualan Tanaman Pare Magelang Bagi Siswa Sma Kelas X. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.









Description: C:\Users\DELL\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\20171112_210730.jpg                                     Description: C:\Users\DELL\Pictures\20171112_210654.jpg
Ambo Ala. 2016. Bahan Ajar Dasar-Dasar Ekologi. Uninersitas Hasanuddin. Makassar.
Natan, Yuliana. 2009. Parameter Populasi Kerang Lumpur Tropis Anodontia edentula Di Ekosistem Mangrove. Jurnal Biologi Indonesia. Volume 6, Nomor 1. Halaman: 25-38.

Umar. M. Ruslan, 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

laporan suksesi

laporan dekomposisi