laporan pola penyebaran populasi
Laporan praktikum
Dasar-Dasar
Ekologi
POLA
PENYEBARAN POPULASI

NAMA : RAHMAT
SOLEH
NIM : G011171066
KELAS
: DDE A
KELOMPOK : 1
ASISTEN
: 1.
SRIBULAN HENDRIK
2.
ANDRI
JASMITRO
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Organisme di alam ini tidak bisa hidup secara
terpisah sendiri. Pada prinsipnya terbentuk dari berbagai interaksi antar
populasi yang ada. Misalnya dalam mencari luas minimum dan jumlah minimum suatu
area. Tentunya didalamnya terdapat suatu komunitas, populasi-populasi tersebut
akan berhimpun kedalam kelompok membentuk komunitas.
Perubahan dalam jenis habitat juga dapat menyebabkan
perubahan-perubahan dalam pola penyebaran, dan dalam habitat yang sama,
spesies-spesies yang berada biasanya memperlihatkan perbedaan pola
penyebaran.
Bentuk vegetasi dalam suatu petak dapat
memperlihatkan hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.
Vegetasi terbentuk dari interaksi antar jenis tumbuhan. Untuk mengetahui apakah
penyebaran individu didalam suatu populasi dalam suatu vegetasi dapat dilakukan
pengamatan, dari hasil pengamatan teersebut akan didapatkan bentuk penyebaran,
diantaranya secara acak, merata, atau berkelompok.
Informasi kepadatan populasi saja belum cukup untuk
memberikan suatu gambaran yang lengkap mengenai keadaan suatu populasi yang ada
dalam suatu habitat. Dua populasi mungkin dapat mempunyai kepadatan yang sama,
tetapi mempunyai perbedaan dalam pola penyebaran (tempat). Kepadatan populasi
suatu daerah sangat dipengaruhi oleh pola penyebaran populasinya.
Penyebaran populasi adalah pergerakan individu ke
dalam atau keluar wilayah populasi. Penyebaran populasi sangat berperan penting
dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu
daerah dimana mereka belum menempatinya.
Berdasarkan
uraian diatas, praktikum ini dilakukan untuk mengamati, memaparkan, atau untuk
merincikan tentang bagaimana pola penyebaran populasi dalam suatu komunitas
terjadi.
1.2 Tujuan
dan Kegunaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengatahui pola penyebaran populasi dan cara menentukan pola penyebaran
dengan menggunakan metode Chi- Square Test (CST).
Adapun kegunaanya adalah percobaan
diharapkan dapat memberikan pengatahuan tentang pola penyebaran pola populasi
dalam suatu komunitas.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Hirarki Keragaman Hayati
Pengertian
keanekaragaman hayati adalah variabilitas di antaran makhluk hidup dari semua
sumber, termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan dan
ekosistem akuatik lain serta kompleks ekologik tempat hidup makhluk hidup
menjadi bagiannya. Hal ini meliputi keanekaragaman jenis, antar jenis dan
ekosistem (Convention on Biological Diversity, 1993 dalam Herawati. 2012).
Pengertian
yang lain, keanekaragaman hayati adalah ketersediaan keanekaragaman sumber daya
hayati berupa jenis maupun kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di
dalam jenis), keanekaragaman antarjenis dan keanekaragaman ekosistem (Sudarsono
dkk, 2005: 6 dalam Herawati, 2012).
Keanekaragaman
hayati atau biodiversitas adalah semua kehidupan di atas bumi ini baik
tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang
dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana mereka hidup. Termasuk
didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman genetik relatif dari
organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat,
laut maupun sistem-sistem perairan lainnya (Global Village Translations, 2007:4 dalam
Herawati. 2012).
Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang
digunakan untuk derajat keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah
maupun frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen di suatu daerah (Herawati.
2012).
Keanekaragaman
hayati mencakup semua bentuk kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk
sederhana seperti jamur dan bakteri hingga makhluk yang mampu berpikir seperti
manusia (Bappenas, 2004: 6 dalam Herawati. 2012).
Menurut
Mochamad Indrawan, (2007) dalam
Herawati. (2012) Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan
yaitu:
a. Keanekaragaman spesies
Keanekaragaman
spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan
protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan, yang
bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok
individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari
kelompok-kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia. Definisi
spesies secara morfologis ini yang paling banyak digunakan oleh pada taksonom
yang mengkhususkan diri untuk mengklasifikasikan spesies dan mengidentifikasi
spesimen yang belum diketahui.
b. Keanekaragaman genetik
Keanekaragaman
genetik merupakan variasi genetik dalam satu spesies baik di antara
populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara
individu-individu dalam satu populasi. Individu dalam satu populasi memiliki
perbedaan genetik antara satu dengan lainnya. Variasi genetik timbul karena
setiap individu mempunyai bentuk-bentuk gen yang khas. Variasi genetik
bertambah ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan kromosom dari
induknya melalui rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi seksual.
Proses inilah yang meningkatkan potensi variasi genetik dengan mengatur ulang
alela secara acak sehingga timbul kombinasi yang berbeda.
c. Keanekaragaman ekosistem
Keanekaragaman ekosistem merupakan
komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik
(ekosistem) masing-masing. Populasi dapat
didefinisikan sebagai suatu kelompok organisme dari spesies yang sama yang
menempati suatu ruang tempat tertentu dan berfungsi sebagai suatu komunitas
biotik, yang selanjutnya membentuk kumpulan populasi yang berfungsi sebagai
suatu unit dan berkembang bersama melalui perubahan metabolik pada suatu daerah
habitat fisik tertentu.
Populasi memiliki berbagai macam
sifat-sifat, beberapa sifat diantaranya adalah, kerapatan jenis, natalitas
(tingkat kelahiran), mortalitas (tingkat kematian), distribusi umur, potensi
biotik, penyebaran populasi, bentuk pertumbuhan sekresi-R dan sekresi-K.
Populasi juga memeliki ciri genetik yang berhubungan langsung dengan ekologinya
seperti; penyesuaian diri, keberhasilan reproduktif, persistensi (peluang
keturunannya hidup dalam waktu yang panjang) (Ambo ala, 2016).
2.2 Penyebaran
Populasi
Penyebaran populasi merupakan
pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Penyebaran populasi
berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan atau
manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran populasi
dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari
predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin, kebiasaan kawin dan faktor
fisik lainnya (Umar, 2013).
Penyebaran
populasi berperan penting dalam penyebaran secara geografi dari tumbuhan, hewan
atau manusia ke suatu daerah dimana mereka belum menempatinya. Penyebaran
populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri
dari predator, pengaruh iklim, terbawa air/angin, kebiasaan kawin dan faktor
fisik lainnya (Umar, 2013).
2.3
Cara Penyebaran Populasi
Menurut
umar (2013), penyebaran populasi dalam suatu ekosistem dapat terjadi melalui
tiga cara yaitu :
1.
Emigrasi,
yaitu pergerakan individu keluar dari daerah populasinya ke tempat lainnya dan
tinggal secara permanen.
2.
Imigrasi,
yaitu pergerakan individu dari suatu daerah populasi lainnya dan tinggal secara
permanent
3.
Migrasi,
yaitu pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu daerah ke daerah
populasi lainnya secara
2.4 Sifat-sifat pola penyebaran populasi
Menurut Ambo Ala (2016) Pola penyebaran adalah salah satu bentuk
pertahanan hidup dari serangan predator dan juga iklim, terdapat 3 pola penyebaran
populasi, yaitu :
a.
Pola Penyebaran Secara Acak (Random)
Pola penyebaran secara acak jarang
ditemukan dialam, hal ini terjadi karena faktor lingkungan sangat seragam atau pada tempat dengan bnayak faktor
yang bekerja bersama-sama dengan populasi itu.
b. Pola
Penyebaran Teratur (Regular)
Pola penyebaran teratur terjadi jika
ada persaingan yang hebat antar individu
yang mendorong pembagian ruang yang sama.
c. Pola
Penyebaran Berkelompok (Clumped)
Pola penyebaran berkelompok
merupakan pola penyebaran yang umum terjadi dalam populasi dan jadi aturan
apabila dipandang dari sudut individu.
2.5
Faktor-Faktor Penyebaran Populasi
Menurut Yuliana Natan (2009),
menyatakan bahwa faktor utama penyebaran populasi, antara lain:
a. Natalitas
(Angka Kelahiran)
Natalitas adalah kemampuan suatu
populasi untuk bertahan melalui reproduksi. Natalitas sama dengan angka
kelahiran yang merupakan istilah yang digunakan pada studi populasi manusia
atau (demografi). Kenyataannya, istilah angka kelahiran telah diperluas dengan
menggunakannya pada kelahiran organisme baru, penetasan, perkecambahan, atau
muncul dengan pembelahan. Natalitas umumnya dinyatakan sebagai laju (rate) yang ditentukan dengan membagi
jumlah individu baru yang dihasilkan dengan unit tertentu. Laju natalitas kotor
atau mutlak atau dengan membagi jumlah individu baru per satuan waktu oleh unit
populasi disebut tingkat natalitas spesifik. Dalam ekologi natalitas dapat dibedakan dalam dua jenis, antara lain:
a)
Natalitas maksimum (natalitas absolut atau
natalitas fisiologi) secara teoritis adalah produksi maksimum individu baru
pada kondisi lingkungan ideal (tidak ada faktor pembatas secara ekologi,
pembatas reproduksi hanya faktor fisiologi) dan konstan pada populasi tertentu.
b)
Natalitas ekologi atau natalitas
terealisasi, mengacu pada peningkatan populasi di bawah kondisi lingkungan
lapangan yang sebenarnya atau spesifik. ini tidak konstan untuk populasi tetapi
bervariasi dengan komposisi ukuran dan umur populasi dan dengan kondisi
lingkungan fisik.
b. Mortalitas
(Laju Kematian)
Mortalitas adalah ukuran kematian
individu Dalam populasi kurang lebih berlawanan dengan natalitas. Mortalitas
sama dengan tingkat kematian dalam demografi. Seperti natalitas, mortalitas
dapat dinyatakan sebagai jumlah individu yang mati dalam suatu periode waktu
tertentu (kematian per unit waktu), atau laju spesifik dalam hal unit total
populasi atau bagian daripadanya. Mortalitas
juga dapat dibedakan dalam dua jenis yakni:
a)
Mortalitas ekologi atau mortalitas
terealisasi adalah kehilangan individu pada kondisi lingkungan sesungguhnya
seperti natalitas ekologi, tidak konstan tetapi bervariasi tergantung kondisi
populasi dan lingkungan.
b)
Mortalitas
minimum (teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi lingkungan yang ideal,
optimum dan mati semata-mata karena usia tua.
c.
Kerapatan
populasi (densitas)
Kerapatan
populasi adalah ukuran besarnya populasi yang berhubungan dengan satuan ruang
atau area yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah (cacah) individu
dan biomasa persatuan luas, persatuan isi (volume) atau persatuan berat medium
lingkungan yang ditempati. Kepadatan populasi juga digunakan untuk mengetahui
populasi yang sedang berubah (berkurang atau bertambah) pada saat tertentu dan
biasanya dihubungkan dengan variabel waktu.
d. Penyebaran
individu dalam populasi
Penyebaran adalah pola tata ruang
individu yang satu relatif terhadap yang lain dalam populasi. Penyebaran atau
distribusi dalam suatu populasi biasa bermacam-macam, pada umumnya
diperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu pola penyebaran secara acak yaitu
pola penyebaran dimana kehadiran suatu individu tidak mempengaruhi atau
dipengaruhi individu lainnya, penyebaran secara merata yaitu pola penyebaran
dalam ruang dimana jarak individu dan pengamatannya teratur antara satu dengan
yang lainnya, dan penyebaran berkelompok yaitu pola penyebaran yang relatif
paling umum terdapat di alam dan mengumpulkan itu sendiri dapat terjadi karena
perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan lain-lain.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu, 11 November 2017 pukul 08:00 WITA – selesai, bertempat di Kebun
Percobaan (exfarm) Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat
dan Bahan
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meteran, alat hitung dan
alat tulis menulis, sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tali rafiah dan
patok.
3.3 Prosedur
Kerja
Adapun
prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
3.3.1 Persiapan Praktikum
Adapun
persiapan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Mempersiapkan alat dan bahan yang
diperlukan.
2.
Membuat
plot berukuran 3 m x 3 m, lalu dibatasi dengan tali rafiah.
3.
Membuat sub plot ukuran 1 m x 1 m dalam
pot dan dibatasi dengan tali rafiah.
3.3.2 Teknik Pelaksanaan
Adapun
teknik pelaksanaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Membuat
plot berukuran 3 m x 3 m, lalu dibatasi dengan tali rafiah.
2.
Membuat sub plot ukuran 1 m x 1 m dalam
pot dan dibatasi dengan tali rafiah.
3.
Mengitung jumlah individu vegetasi yang telah
ditentukan sebelumnya pada setiap sub plot.
4.
Melakukan perhitungan dengan menggunakan formula :
· Rata-rata
jumlah individu/plot
= 


· Ragam S2 = 

· Jumlah
Kuadrat SS = (n – 1) S2
· Chi-Square
Test X2
= 

5.
Membandingkan nilai Chi-Square Test dengan X2
tabel yaitu (n-1) = 95% atau 99 %
6.
Menentukan pola penyebaran populasi dengan catatan :
Nilai
|
Pola
Penyebaran
|
X2
hitung > X2 tabel
|
Acak
|
X2
hitung < X2 tabel
|
Berkelompok
|
X2 hitung = X2 tabel
|
Seragam
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Adapun
hasil pengamatan yang dilakukan dari praktikum pola penyebaran populasi ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Hasil pengamatan pola penyebaran populasi
Plot
|
Jumlah Jenis Individu
|
Rata-rata (X)
|
Ragam (S2)
|
Jumlah kuadrat
(SS)
|
Chi-Square Test
|
Sub Plot 1
|
7
|
0,77
|
4,85
|
38,8
|
63,16
|
Sub Plot 2
|
8
|
0,88
|
6,33
|
50,64
|
72,15
|
Sub Plot 3
|
10
|
1,11
|
9,88
|
79,64
|
86,63
|
Sub Plot 4
|
8
|
0,88
|
6,33
|
50,64
|
72,15
|
Sub Plot 5
|
8
|
0,88
|
6,33
|
50,64
|
72,15
|
Sub Plot 6
|
10
|
0,11
|
9,88
|
79,04
|
86,63
|
Sub Plot 7
|
8
|
0,88
|
6,33
|
50,64
|
72,15
|
Sub Plot 8
|
6
|
0,66
|
3,36
|
28,48
|
55,23
|
Sub Plot 9
|
7
|
0,77
|
4,85
|
38,8
|
63,16
|
Total
|
72
|
7,94
|
58,14
|
466,72
|
643,41
|
Sumber: data primer setelah diolah (2017)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan dapat diketahui bahwa jumlah vegetasi-vegetasi yang terdapat
pada masing-masing plot yang di amati memiliki jumlah vegetasi yang
berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena lahan yang digunakan untuk mengamati
pada pratikum pola penyebaran populasi ini memang terdapat banyak vegetasi yang
berada di atas permukaan tanah lahan yang diamati dalam pratikum pola
penyebaran populasi ini.
Vegetasi
yang terdapat pada masing-masing plot juga berbeda-beda. Jenis vegetasi yang
muncul yakni tanaman-tanaman yang kecil yang berdaun lebar dan adapula yang
berdaun sempit. Tanaman lain yang terdapat di lahan pengamatan juga ada tanaman
yang menjalar dan berbagai macam jenis-jenis tanaman yang lainnya yang terdapat
di daerah sekitar lahan pengamatan
Berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan formula yang telah ditentukan, pola penyebaran
populasi yang diamati termasuk ke dalam kategori pola penyebaran acak. Hal ini
sesuai dengan perbandingan nilai Chi-Square Test denganX2 tabel
yaitu (n-1) = 95 % atau 99 %, dimana 95 % = 0,05. Jadi X2 hitung
(15,76) > X2 tabel (0,05).
Berdasarkan hasil perhitungan yang
dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai Chi-Square
test yang diperoleh lebih besar dari
X2 tabel sehingga pola penyebaran populasi pada plot yang diamati
adalah jenis pola penyebaran populasi acak. Adapun hasil ini sesuai dengan
keadaan di plot pengamatan dimana terdapat berbagai jenis vegatasi yang
disebabkan karena adanya perubahan lingkungan seirinG berjalannya waktu. Hal
ini sesuai dengan pendapat Michael (2008) yang menyatakan bahwa pergantian jenis-jenis vegetasi sejalan dengan waktu dapat
terjadi secara acak atau sebagai akibat adanya perubahan lingkungan dari musim
ke musim maka jenis-jenis vegetasi yang berbeda dari jenis vegetasi yang sudah
ada akan bermunculan dan menyebar pada area tersebut.
Jumlah
vegetasi pada masing-masing plot berbeda karena adanya berbagai macam faktor
yang mempengaruhi penyebaran individu dalam populasi tersebut. Faktor yang
dapat mempengaruhinya yaitu berupa iklim atau cuaca, kecepatan angin yang dapat
memberi pengaruh terhadap penyebaran individu, arus air yang terdapat pada
permukaan tanah, faktor biotik yang dapat berupa persaingan dan pemangsaan
antara individu-individu yang terdapat di dalam populasi serta hal lain yang
dapat berpengaruh pada individu dalam populasi tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fatahuddin (2017),
yang menyatakan bahwa pola penyebaran populasi cenderung dipengaruhi oleh
komponen-komponen fisik.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan
di lapangan dapat diketahui bahwa:
1.
Setelah dilakukan percobaan dapat
diketahui pola penyebaran populasi dalam komunitas dengan melakukan perhitungan
rata-rata jumlah individu/plot, ragam, jumlah kuadrat dan sekaligus mengetahui
nilai Chi-Square Test hitung yang kemudian dibandingkan dengan tabel Chi-Square
Test sehingga diperoleh pola penyebaran berkelompok.
2.
Percobaan ini telah menambah pengetahuan
yaitu dengan mengamati dan melakukan perhitungan dapat diketahui pola
penyebaran populasi pada vegetasi yang ada di lingkungan sekitar.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum
melakukan pratikum populasi ada baiknya memahami mengenai populasi dan dalam pemilihan lokasi menggunakan
tempat yang agak luas sehingga lingkungan yang akan diamati biotik dan
abiotiknya banyak.
DAFTAR
PUSTAKA
Ambo
Ala. 2016. Bahan Ajar Dasar-Dasar
Ekologi. Uninersitas Hasanuddin. Makassar.
Fatahuddin.
2017. Bahan Ajar Dasar-Dasar Ekologi. Uninersitas
Hasanuddin. Makassar.
Herawati, Shinta. 2012. Penyusunan Modul Keanekaragaman Morfologi
Bunga Di Pusat Penjualan Tanaman Pare Magelang Bagi Siswa Sma Kelas X. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Michael, P. E., 2008. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Universitas Indonesia. Jakarta.
Natan, Yuliana. 2009. Parameter Populasi Kerang Lumpur Tropis Anodontia
edentula Di Ekosistem Mangrove. Jurnal
Biologi Indonesia. Volume 6, Nomor 1. Halaman: 25-38.
Umar. M. Ruslan, 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
LAMPIRAN
1.
Perhitungan
A. Sub Plot
1
1. Rata-rata
jumlah individu atau plot
X̅ =
=
= 0,77


2. Ragam
S2 =
=
= 4,85


3. Jumlah
kuadrat
SS =
(n – 1) S2
= (9-1) 4,85
=
38,8
4. Chi-Square
Test
X2 =
= =
= 63,16


B. Sub Plot
2
1. Rata-rata
jumlah individu/plot
X̅
=
=
= 0,88


2. Ragam
S2 =
=
= 6,33


3. Jumlah kuadrat
SS = (n – 1) S2
= (9-1) 6,33
= 50,64
4. Chi-Square
Test
X2 =
= =
= 72,15


C. Sub Plot
3
1. Rata-rata jumlah individu/plot
X̅ =
=
= 1,11


2. Ragam
S2
=
=
= 9,88


3. Jumlah kuadrat
SS =
(n – 1) S2
=
(9-1) 9,88
=
79,04
4. Chi-Square
Test
X2
=
= =
= 86,63


D. Sub Plot
4
1. Rata-rata
jumlah individu/plot
X̅ =
=
= 0,88


2. Ragam
S2 =
=
= 6,33


3. Jumlah kuadrat
SS = (n – 1) S2
= (9-1) 6,33
= 50,64
4. Chi-Square
Test
X2 =
= =
= 72,15


E. Sub Plot
5
1. Rata-rata
jumlah individu/plot
X̅ =
=
= 0,88


2. Ragam
S2 =
=
= 6,33


3. Jumlah kuadrat
SS = (n – 1) S2
= (9-1) 6,33
= 50,64
4. Chi-Square
Test
X2 =
= =
= 72,15


F.
Sub Plot 6
1. Rata-rata jumlah individu/plot
X̅ =
=
= 1,11


2. Ragam
S2
=
=
= 9,88


3. Jumlah kuadrat
SS =
(n – 1) S2
=
(9-1) 9,88
=
79,04
4. Chi-Square
Test
X2
=
= =
= 86,63


G. Sub Plot
7
1. Rata-rata
jumlah individu/plot
X̅ =
=
= 0,88


2. Ragam
S2 =
=
= 6,33


3. Jumlah kuadrat
SS = (n – 1) S2
= (9-1) 6,33
= 50,64
4. Chi-Square
Test
X2 =
= =
= 72,15


H. Sub Plot
8
1. Rata-rata
jumlah individu/plot
X̅ =
=
= 0,66


2. Ragam
S2 =
=
= 3,56


3. Jumlah kuadrat
SS = (n – 1) S2
= (9-1) 3,56
= 28,48
4. Chi-Square
Test
X2 =
= =
= 55,23


I.
Sub Plot 9
1. Rata-rata
jumlah individu atau plot
X̅ =
=
= 0,77


2. Ragam
S2 =
=
= 4,85


3. Jumlah
kuadrat
SS =
(n – 1) S2
= (9-1) 4,85
=
38,8
4. Chi-Square
Test
X2 =
= =
= 63,16


2.
Gambar


Gambar 2: Pembuatan
plot Gambar
2: Pengitungan jumlah
individu vegetasi
3.
Buku Dan Jurnal


Herawati, Shinta. 2012. Penyusunan Modul Keanekaragaman Morfologi Bunga Di Pusat Penjualan
Tanaman Pare Magelang Bagi Siswa Sma Kelas X.
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.


Ambo
Ala. 2016. Bahan Ajar Dasar-Dasar
Ekologi. Uninersitas Hasanuddin. Makassar.

Natan, Yuliana. 2009. Parameter Populasi Kerang Lumpur Tropis Anodontia
edentula Di Ekosistem Mangrove. Jurnal
Biologi Indonesia. Volume 6, Nomor 1. Halaman: 25-38.

Umar. M. Ruslan, 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Rumus ragamnya gk nampak
BalasHapus