laporan interaksi kompetisi dan biomassa

Laporan praktikum
Dasar-Dasar Ekologi

INTERAKSI KOMPETISI DAN BIOMASSA


                                      NAMA           :           RAHMAT SOLEH
                                      NIM                :           G011171066
                                      KELAS           :           DDE A
                                      KELOMPOK :           A-1
                                      ASISTEN       :           1. SRIBULAN HENDRIK
                                                                          2. ANDRI JASMITRO







PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017



BAB I
PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
      Semua makhluk hidup yang ada di bumi selalu bergantung pada makhluk hidup yang lain. Hal itu sangat melekat pada setiap makhluk yang ada di bumi yang diberikan langsung sebagai sifat dasar dari Tuhan Yang Maha Esa. Sifat yang saling membutuhkan antar makhluk hidup memepengaruhi masing-masing makhluk hidup. Inilah yang disebut interaksi, yang melakukan hubungan antara dua atau lebih organisme yang saling mempengaruhi.
      Faktor kebutuhan untuk bertahan hidup dari masing-masing makhluk hidup menjadikan setiap makhluk hidup melakukan interaksi. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi positif yang saling menguntungkan dapat juga interaksi negatif seperti kompetisi. Kompetisi tumbuhan dalam suatu spesies mampu di liat pada jarak antar tumbuhan, di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara tumbuhan yang sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal sangat jarang di temukan di alam. Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini mempengaruhi pertumbuhannya karena pada umumnya bersifat merugikan
      Di alam organisme tidak hidup sendirian tetapi berdampingan dan saling berinteraksi dengan organisme yang lainnya. Begitupun yang terjadi terhadap tumbuhan, interaksi ini bisa terjadi antara tumbuhan yang sejenis ataupun tidak sejenis. Interaksi yang terjadi antara organisme-organisme tersebut dapat bersifat positif-positif, positif-netral, positif-negatif, netral-netral, dan negatif- negatif. Kompetisi tersebut dapat berbentuk perebutan sumber daya yang terbatas (resource competition) atau saling menyakiti antar indifidu yang sejenis dengan kekuatan fisik (interference competition). Kompetisi yang terjadi antara individu sejenis disebut sebagai kompetisi intraspesifik sedangakan interaksi antara individu yang tidak sejenis disebut interaksi interspesifik
      Interaksi Kompetisi merupakan persaingan terhadap antar makhluk hidup. Persaingan sendiri akan dapat menghasilkan pemenang, pemenang itu pun yang dapat meneruskan kelangsunga hidupnya. Kompetensi sering terjadi di plantae yang mana bersaing untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas
      Berdasarkan dari latar belakang yang ada, maka dianggap perlu untuk diadakan praktikum tentang “Interaksi Kompetisi dan Biomassa” agar mengetahui pengaruh kompetisi intraspesifik dan interspesifik serta boimassa terhadap tertumbuhan  tanaman  yang ada pada suatu tempat.
1.2        Tujuan dan Kegunaan
      Pada praktikum kali ini terdapat beberapa tujuan, diantaranya adalah untuk mengetahui pengaruh terjadinya kompetisi secara intraspesifik dan interspesifik terhadap pertumbuhan tanaman dan menghitung besarnya biomassa yang dihasilkan oleh tanaman pada luasan tertentu dari jenis tanaman tertentu.
      Adapun kegunaan dari praktikum ini, yaitu dapat memberikan kita pengertian tentang interaksi tanaman pada tahap kompetisi dan memberikan pemahaman tenang konsep produktivitas (biomassa) tanaman yang dihasilkan dalam suatu periode tumbuh.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Pengertian Kompetisi Interspesifik Dan Intraspesifik
            Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup yang lainnya. Ada dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu interaksi intraspesifik dan interaksi interspesifik. Interaksi intraspesies adalah hubungan antara organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi interspesies adalah hubungan yang terjadi antara organisme yang berasal dari spesies yang berbeda (Elfidasari, 2007).
            Secara garis besar interaksi intraspesifik dan interspesifik dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan,yaitu (i) netralisme yaitu hubungan antara makhluk hidup yang tidak saling menguntungkan dan tidak salingmerugikan satu sama lain, (ii) mutualisme yaitu hubunganantara dua jenis makhluk hidup yang saling menguntungkan,bila keduanya berada pada satu tempat akan hidup layak tapi bila keduanya berpisah masing-masing jenis tidak dapat hidup layak, (iii) parasitisme yaitu hubungan yang hanya menguntungkan satu jenis makhluk hidup saja, sedangkan jenis lainnya dirugikan, (iv) predatorisme yaitu hubungan pemangsaan antara satu jenis makhluk hidup terhadap makhluk hidup yang lain, (v) kooperasi adalah hubungan antara dua makluk hidup yang bersifat saling membantu antara keduanya, (vi) kompetisi adalah bentuk hubungan yang terjadi akibat adanya keterbatasan sumber daya alam pada suatu tempat, (vii) komensalisme adalah hubungan antara dua makhluk hidup, makhluk hidup yang satu mendapat keuntungan sedang yang lainnya tidak
dirugikan, (viii) antagonis adalah hubungan dua makhluk (Elfidasari, 2007).
 Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing. Kompetisi terjadi sejak awal pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa tanaman, maka tingkat kompetisinya semakin meningkat hingga suatu saat akan mencapai klimaks kemudian akan menurun secara bertahap. Saat tanaman peka terhadap kompetisi , hal itu disebut periode kritis (Soejono, 2009).
Ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi interaksi, masing-masing tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi yang terjadi. Oleh karena itu, dalam tanaman tumpangsari perlu dipertimbangkan berbagai hal yaitu pengaturan jarak tanam,  populasi tanaman, umur panen tiap-tiap tanaman, dan juga arsitektur tanaman (Apriliyani, 2014).
2.2       Keuntungan dan Kerugian Kompetisi Interspesifik
Kompetisi interspesifik antar kedua spesies dapat mengakibatkan kepunahan salah satu atau kedua kompetitor di habitat mereka, atau keduanya saling berkoeksistensi di habitatnnya. Pada keadaan terjadinya kepunahan (bisa akibat migrasi atau kematian) satu spesies, salah satu spesies kompetitor itu unggul dan mendesak spesies yang lemah. Bila spesies yang lemah tidak mengubah nichenya sehingga tingkat keberimpitan nichenya berkurang maka akan terjadilah kepunahan populasi di habitat tersebut. Seandainya spesies yang lemah dapat menyesuaikan diri dengan spesies unggul maka keduanya dapat berkoeksistensi di habitat tersebut atau mencapai keseimbangan (Suin, 2003).
Persaingan antar jenis dapat berakibat dalam penyesuaian keseimbangan dua jenis, atau dapat berakibat dalam penggantian populasi jenis satu dengan jenis yang lainnya atau memaksa salah satunya dari dua jenis yang bersaing itu untuk menempati tempat lain atau menggunakan pakar lain, tidak peduli apapun yang menjadi dasar persaingan itu. Sering kali teramati bahwa organisme-organisme yang dekat hubungannya mempunyai kebiasaan atau bentuk-bentuk hidup yang serupa sering kali tidak terdapat didalam tempat-tempat yang sama. Apabila mereka tinggal di tempat yang sama, mereka menggunakan pakan yang berbeda, mereka aktif yang berbeda, atau kalau tidak mereka menempati relung-relung ekologi yang berbeda (Leksono, 2007).
Kompetisi interspesifik antara kedua spesies dapat mengakibatkan kepunahan salah satu atau kedua kompetitor di habitat mereka, atau keduanya saling berkoeksistensi di habitatnya. Pada keadaan terjadinya kepunahan (bisa akibat dari migrasi atau mati) satu spesies, salah satu spesies kompetitor itu unggul dan mendesak spesies yang lemah. Bila spesies yang lemah tidak mengubah nichenya sehingga tigkat keberimpitan nichenya berkurang maka akan terjadilah kepunahan populasi di habitat tersebut. Seandainya spesies yang lemah tadi dapat menyesuaikan diri dengan spesies yang lebih unggul maka keduanya dapat berkoeksistensi di habitat tersebut (Nurdin, 2003).
2.3       Keuntungan dan Kerugian Kompetisi Intraspesifik
Faktor-faktor intraspesifik merupakan mekanisme interaksi dari dalam individu organisme yang turut mengendalikan kelimpahan populasi. Pada hakikatnya mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan perubahan biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu (Wirakusumah, 2003).
Penjarangan adalah proses perkembangan dari berdirinya tanaman dari semaian ke individu dewasa memberi kesan adanya kompetisi pada sumber yang terbatas. Penjarangan muncul sebagai hasil dari kompetisi intraspesifik pada sumber yang terbatas. Sebagai populasi lokal dari perkembangan pertumbuhan, tanaman individu menaikkan kuantitas dari nutrisi, air, dan ruang untuk individu yanng sukses berkompetisi pada habitatnya (Molles, 2005).
2.4       Bahan Organik Biomassa Interaksi Kompetisi
            Secara umum biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi dalam jumlah yang sangat besar. Biomassa juga disebut sebagai “fitomassa” dan seringkali diterjemahkan sebagai bioresource atau sumber daya yang diperoleh dari hayati. Basis sumber daya ini meliputi ratusan bahkan ribuan spesies tanaman daratan dan lautan, berbagai sumber pertanian, perhutanan dan limbah residu dari proses industri serta kotoran hewan (Sutrisno, ‎2015).
            Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui suatu proses fotosintetik, baik berupa hasil produk maupun hasil buangan. Selain digunakan untuk tujuan primer yaitu serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga dapat digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Pada umumnya digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang memiliki nilai ekonomis rendah atau merupakan hasil limbah setelah diambil hasil dari produk primernya (Sutrisno, ‎2015).
            Potensi biomassa di Indonesia yang biasa digunakan sebagai sumber energi
jumlahnya sangat melimpah. limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan
semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan
menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati memberikan tiga keuntungan langsung. pertama, peningkatan efesiensi energi, secara keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan biaya, karena seringkali membuang limbah biasa lebih mahal dari pada memanfaatkannya. Ketiga, mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena penyediaan tempatpenimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan (Sutrisno, ‎2015).
2.5       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Biomassa
            Selain curah hujan dan temperatur yang mempengaruhi besarnya biomassa yang dihasilkan adalah umur dan kerapatan tegakan, komposisi dan struktur tegakan, kualitas tempat tumbuh yang mempengaruhi besarnya biomassa. Hubungan yang lebih erat antara jumlah biomassa tegakan dengan umur tegakan akan diperoleh bila tegakan-tegakan tersebut tumbuh pada kondisi pertumbuhan yang sama. Biomassa tegakan hutan dipengaruhi pula oleh kerapatan tegakan dan kualitas tempat tumbuh. Tegakan yang makin rapat jarak tanamnya akan mempunyai jumlah biomassa yang semakin besar walaupun belum tentu dapat menjamin kualitas produksi (Satoo & Madgwick,1982 dalam Anhar, 2006) 




BAB III
METODOLOGI
3.1     Waktu dan Tempat
Praktikum Interaksi Kompetisi dan Biomssa ini dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Oktober 2017 pukul 16.00 WITA sampai selesai. Yang bertempat di Exfarm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2       Bahan dan Alat
Pada praktikum ini, bahan-bahan yang digunakan adalah pupuk kandang, label, polybag (ukuran 40x60 cm) sebanyak 12 lembar, dan tanah. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah meteran, cangkul, sekop, parang, ember ukuran kecil, oven, timbangan, dan alat tulis menulis.
3.3        Prosedur Kerja
      Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
3.3.1        Persiapan Praktikum
Adapun persiapan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Membersihkan lahan yang akan digunakan.
3.      Mengisi polybag dengan media tanam berupa tanah dan pupuk kandang (2:1) kemudian jenuhkan dengan air.
4.      Merendam benih yang akan digunakan dalam air.
3.3.2        Teknik Pelaksanaan
            Adapun teknik pelaksanaan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.        Melakukan penanaman sesuai perlakuan dan tempatkan secara acak pada polybag.Adapun perlakuan yang dicobakan pada praktikum ini yaitu:
a.         Kompetisi Intraspesifik
A1 = 3 tanaman/polybag
A2 = 5 tanaman/polybag
A3 = 7 tanaman/polybag
b.        Kompetisi Interspesifik (sesuai petunjuk asisten)
B1 = 2 tanaman pokok + 2 tanaman lain
B2 = 2 tanaman pokok + 2 tanaman lain
B3 = 2 tanaman pokok + 2 tanaman lain
            Tiap perlakuan terdiri atas 2 unit percobaan sehingga terdapat 12 unit          percobaan.
2.      Melakukan penyulaman jika ada tanaman yang mati.
3.      Melakukan penyulaman jika ada gulma.
4.      Penyiraman dilakukan di pagi dan sore hari.
5.      Pengamatan dilakukan mulai umur 7 HST hingga akhir percobaan dengan selang waktu 2 minggu sekali.
6.      Komponen pengamatan adalah :
a.       Tinggi tanaman (cm)
b.      Jumlah daun (helai)
c.       Berat kering (g)
d.      Biomssa (g m-2)



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
       Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Pengamatan kompetisi intraspesifik
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (helai)
Berat kering
(g)
Biomassa (g/m2)
A1
3,8
7
2,12
74,126
A2
5,5
6
3,12
109,09
A3
5,3
5
4,20
146,853
TOTAL
14,6
18
9,44
330.07
Sumber: data primer setelah diolah (2017)
Tabel 4.2. Pengamatan kompetisi interspesifik
Perlakuan
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (helai)
Berat kering
(g)
Biomassa
(g/m2)
B1
9,2
5
1,30
45,45
B2
11,1
6
2,54
88,81
B3
7
5
3,18
111.19
TOTAL
27,3
16
7,02
245,45
Sumber: data primer setelah diolah (2017)

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan untuk mengamati kompetisi-kompetisi yang terjadi pada tanaman baik kompetisi yang tejadi secara intraspesifik maupun kompetisi yang terjadi secara interspesifik.
     Pada pengamatan untuk kompetisi intraspesifik, A1 didapatkan tinggi tanaman 3,8 cm dan jumlah helai daun 7 helai dengan berat kering 2,12 gram. Untuk A2 didapatkan data tinggi tanaman 5,5 cm dan jumlah helai daun 6 helai dengan berat kering 3,12 gram. Untuk A3 didapatkan data dengan tinggi tanaman 5,3 cm dan jumlah helai daun 5 helai dengan berat keing 4,20 gram.
     Perbedaan yang terjadi antara tanaman-tanaman di atas terjadi karena faktor tumbuh yang terbatas, dalam praktikum ini faktor yang dikompetisikan antara lain adalah hara, cahaya CO2 dan ruang tumbuh. Persaingan ini terjadi dikarenakan individu-individu termasuk mempunyai kebutuhan yang sama faktor-faktor tertentu yang tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dalam lingkungannya. Akibat dari persaingan ini kedua belah pihak akan saling mempengaruhi laju pertumbuhannya dan akan menurunkan produksi yang dihasilkannya. Hal ini sesuai pernyataan Rahayu (2008) yang menyatakan bahwa perlakuan jumlah populasi perlubang memberikan pengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang, jumlah daun, jumlah polong, berat segar tanaman dan berat kering tanaman. Hal ini dimungkinkan bahwa tingkat kebutuhan tanaman dapat terpenuhi dan dapat dimanfaatkan tanaman secara optimal untuk pembentukkan jumlah cabang yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan jumlah polong, berat segar tanaman dan berat kering tanaman.
     Pada kompetisi intraspesifik didapatkan bahwa semakin banyak jumlah tanaman kangkung pada plot, maka tingkat kesuburan dan biomassa tanaman akan semakin rendah, bisa dilihat pada Pada pengamatan pertama yaitu 1 minggu setelah waktu tanam untuk kompetisi interpesifik, untuk B1 benih kangkung tinggi tanaman 9,2 cm dengan jumlah helai 5 dengan berat kering 1,30 gram,. Untuk B2 benih kangkung dengan tinggi tanaman 6 dengan berat kering. Untuk B3 benih kangkung dengan tinggi tanaman 7 cm dan jumlah helai 5 dengan berat kering 3,18 gr .
     Hasil timbang semua tanaman semakin tinggi tanaman maka berat tanaman pun akan semakin berat. Dan juga didapatkan data bahwa semua berat tanaman setelah oven memiliki berat yang lebih ringan daripada berat tanaman sebelum oven, ini bisa terjadi karna kandungan air yang terdapat dalam daun tersebut akan berkurang atau bahkan akan hilang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sridianti (2016), yang mengatakan bahwa kadar air yang terkandung dalam suatu tumbuhan mempengaruhi berat dari daun tersebut.
      Kompetisi interpesifik terjadi pada tanaman kangkung dan bayam didapatkan  perbedaan biomassa disebabkan karena masing-masing membutuhkan unsur hara dan nutrisi dari tanah yang berbeda-beda. Hal ini sesuai pendapat Trianto (2015), yang menyatakan bahwa perbedaan spesies menyebabkan jumlah kebutuhan akan nutrisi berbeda, sehingga biomassa atau laju penyimpanan karbonnya berbeda.
Selain itu, dapat dilihat bahwa tanaman kangkung cenderung lebih cepat pertumbuhannya dibanding tanaman bayam. Hal ini disebabkan karena tanaman kangkung lebih cepat berkecambah dibanding tanaman bayam sehingga kecepatan pertumbuhan suatu tanaman menentukan kemampuan spesies tumbuhan tertentu untuk menghadapi dan menaggulangi persaingan yang terjadi. Hal ini sesuai pendapat Prihandono (2013), menyatakan bahwa apabila suatu tanaman berkecambah terlebih dahulu dibanding suatu tanaman yang lain maka tanaman yang tumbuh lebih dahulu dapat menyebar lebih luas sehingga mampu memperoleh cahaya matahari, air, dan unsur hara tanah lebih banyak dibandingkan dengan yang lain.
Dari hasil pengamatan biomasaa kompetisi interspesifik pada tanaman kangkung dan bayam berbeda-beda. Biomassa kompetisi interspesifik tertinggi terjadi pada polybag A3 tanaman kangkung dengan biomassa 62,81 g/m2 dan biomassa kompetisi interspesifik terendah terjadi pada polybag B3 tanaman bayam dengan biomassa 2,22 g/m2. Hal ini disebabkan karena jumlah individu sejenis yang bersaing berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya tanaman. tanaman dengan jumlah pesaing yang sedikit, maka kecukupan nutrisinya dapat dipenuhi dengan maksimal. Berbeda dengan jumlah tanaman yang banyak menyebabkan adanya kompetisi untuk menyerap unsur hara dan air dari tanah, sehingga nutrisi menjadi terbatas dan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan melambat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutaryo (2009), yang menyatakan bahwa masing-masing organisme mempunyai laju penyimpanan karbon yang berpengaruh terhadap biomassanya. Dimana hijauan yang memiliki laju penyimpanan karbon pastinya dalam hal nutrisi tercukupi, sedangkan yang lambat akan memiliki biomassa yang lebih kecil daripada yang cepat dalam mengkonversi energi cahaya menjadi karbon.




BAB V
PENUTUP
5.1       Kesimpulan
     Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1.    Pengaruh kompetisi intraspesifik lebih besar dibandingkan kompetisi inter-spesifik sebab tanaman menggunakan sumber daya yang sama sehingga kompetisi yang terjadi lebih besar dimana salah satu individu dapat tumbuh dengan pesat dan individu lain terhambat pertumbuhannya.
2.     Perbedaan Pertambahan ukuran tumbuhan pada kacang dan jagung, memberikan biomassa yang berbeda. Semakin cepat pertumbuhan tanaman maka semakin besar biomassanya.
3.    Pertumbuhan tanaman jagung lebih cepat daripada tanaman lainnya, maka jagung adalah pemenang dalam kompetisi intraspesifik dan interspesifik.
4.    Semakin rapat jarak suatu tanaman maka pertumbuhannya akan semakin terhambat karena persaingan mendapatkan sumber daya atau unsur hara dari tanah semakin ketat.
5.    Cepat atau lambatnya perkecambahan pada tanaman juga berpengaruh terhadap menangnya suatu tanaman dalam berkompetisi. Sehingga, terjadinya kompetisi antar tanaman dapat menyebabkan tanaman yang lain akan mati
6.    Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan intraspesifik dan interspesifik adalah kepadatan atau jarak tanaman, luas lahan tanam, jenis tanaman, dan waktu lamanya tanaman hidup.
5.2       Saran
        Sebaiknya seluruh praktikan dapat  ikut serta aktif dalam seluruh proses atau tahapan dalam praktikum sehingga dapat memahami sepenuhnya tentang praktikum yang dilaksanakan.












DAFTAR PUSTAKA
Anhar, Sahrul. 2006. Kandungan Magnesium Pada Biomassa Tanaman Acacia Mangium Willd Dan Pada Podsolik Merah Kuning Di Hphti Pt Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Elfidasari, Dewi. 2007. Jenis Interaksi Intraspesifik Dan Interspesifik Pada Tiga Jenis Kuntul Saat Mencari Makan Di Sekitar Cagar Alam Pulau Dua Serang, Propinsi Banten. Jurnal: Biodiversitas 8: 266-29. Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta.
Edy Sutrisno. ‎2015. Performansi Co - Gasifikasi Downdraft Dengan Variasi Komposisi Bahan Bakar Sekam Padi Dan Batubara. Universitas Udayana. Bali.
Hairiah, Kurniatun. Meine Van Noordwijk Dan Didik Suprayogo. Bahan Ajar 2 Interaksi Antara Pohon - Tanah - Tanaman Semusim: Kunci Keberhasilan Atau Kegagalan Dalam Sistem Agroforestri. ISBN 979-95537-5-X. 41 p. Lembaga Pendidikan Perkebunan.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Leksono, A. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Malang: Banyumedia.
Molles, M.C. 2005. Ecology: Concepts and Applications 3rd Edition. New York: McGraw – Hill.
Prihandono, Bayu. 2013. Analisis Dinamika Model Kompetisi Dua Populasi Yang Hidup Bersama Di Titik Kesetimbangan Tidak Terdefinisi. Jurnal Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster). Volume 2. Nomor 3. Halaman: 197-204.
Rahayu, Sri dan Luluk Sulistiyo Budi. 2008. Penerapan Jumlah Populasi Perlubang Dan Macam Genotipe Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Wijen. Universitas Merdeka Madiun.
Suin, Nurdin M. 2003. Ekologi Populasi. Padang: Andalas University Press.
Sutaryo,  D.  2009. Penghitungan  Biomassa  Sebuah  Pengantar untuk  Study  Karbon dan Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonesia Programme. Bogor.
Trianto, Agus. 2015. Studi Kompetisi Turf Algae dan Karang Genus Acropora Di Pulau Menjangan Kecil, Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Prosiding Seminar Nasional Tahunan ke-V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Semarang.
Wirakusumah, S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta: UI Press.







LAMPIRAN
1.      Perhitungan
A.    Perhitungan Luas Permukaan Polybag
k          = 2πr
60        = 2 . 3,14 . r
60        = 6,28 . r
r                       = 60/6,28
r                       =9,55 cm
L          = πr2
L          =3,14 . 9,552
L          = 286,37 cm2
L          = 0,0286 m2
B.     Perhitungan Pengamatan Kompetisi Intraspesifik
1.      Polybag A1
Biomassa   =
=  
= 74,126 gr/m2
2.      Polybag A2
Biomassa   =
=  
= 109,09 gr/m2
3.      Polybag A3
Biomassa   =
=  
= 146,853 gr/m2
4.      TOTAL
Biomassa   =
=  
= 330,07 gr/m2
C.     Perhitungan Pengamatan Kompetisi Interspesifik
1.      Polybag B1
      Biomassa =
=  
= 45,45 gr/m2
2.      Polybag B2
Biomassa =
=  
= 88,81 gr/m2
3.      Polybag B3
Biomassa =
=  
= 111,19 gr/m2
4.      TOTAL
Biomassa   =
=  
= 330,07 gr/m2




2.      Gambar
Description: F:\ekologi\ekologi gua\lampiran biomassa\1511798638601.jpg              Description: F:\ekologi\ekologi gua\lampiran biomassa\1511798624329.jpg
Gambar 1. Pembuatan media tanam.                     Gambar 2. Penanaman benih.

Description: F:\ekologi\ekologi gua\lampiran biomassa\IMG_20171122_160446.jpg              Description: F:\ekologi\ekologi gua\lampiran biomassa\1511799056521.jpg
Gambar 3. Pemanenan sampel tanaman.               Gambar 4. Pengovenan sampel                                                                                                     tanaman.

Description: F:\ekologi\ekologi gua\lampiran biomassa\IMG_20171127_173008.jpg
Gambar 5. Penimbangan hasil sampel setelah pengovenan.



3.         Buku atau Jurnal

Edy Sutrisno. ‎2015. Performansi Co - Gasifikasi Downdraft Dengan Variasi Komposisi Bahan Bakar Sekam Padi Dan Batubara. Universitas Udayana. Bali
 

Elfidasari, Dewi. 2007. Jenis Interaksi Intraspesifik Dan Interspesifik Pada Tiga Jenis Kuntul Saat Mencari Makan Di Sekitar Cagar Alam Pulau Dua Serang, Propinsi Banten. Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta.

 
Hairiah, Kurniatun. Meine Van Noordwijk Dan Didik Suprayogo. Bahan Ajar 2 Interaksi Antara Pohon - Tanah - Tanaman Semusim: Kunci Keberhasilan Atau Kegagalan Dalam Sistem Agroforestri. ISBN 979-95537-5-X. 41 p. Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Anhar, Sahrul. 2006. Kandungan Magnesium Pada Biomassa Tanaman Acacia Mangium Willd Dan Pada Podsolik Merah Kuning Di Hphti Pt Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

laporan suksesi

laporan dekomposisi

laporan pola penyebaran populasi