laporan suksesi
Laporan praktikum
Dasar-Dasar
Ekologi
SUKSESI

NAMA : RAHMAT
SOLEH
NIM : G011171066
KELAS : DDE
A
KELOMPOK : 1
ASISTEN : 1.
SRIBULAN HENDRIK
2.
ANDRI
JASMITRO
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan ekosistem menuju
kedewasaan dan keseimbangan disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat
dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi
terjadi apabila terdapat gangguan dalam suatu ekosistem. Proses suksesi
berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai
keadaan seimbang (homeostatis).
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas
dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu
komunitas oleh komunitas lain. Dapat kita lihat misalnya pada sebidang kebun
jagung yang setelah panen ditinggal dan tidak ditanami lagi. Disitu akan
bermunculan berbagai jenis tumbuhan gulma yang membentuk komunitas. Apabila
lahan itu dibiarkan cukup lama, dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke
waktu akan terjadi pergantian komposisi jenis. Bila kita amati dalam kurun
waktu tertentu akan terlihat bahwa komunitas yang terbentuk pada akhir kurun
waktu tersebut akan berbeda, baik komposisi jenis maupun strukturnya, dengan
komunitas yang terbentuk pada awal pengamatan. Pada masa awal dapat saja
komunitas yang terbentuk tersusun oleh tumbuhan terna (seperti badotan, rumput
pahit, rumput teki, dan sebagainya). Tetapi beberapa tahun kemudian di tempat
yang sama, yang terlihat adalah komunitas yang sebagian besar tersusun oleh
tumbuhan perdu dan pohon (seperti kirinyu, senduduk, laban, dan sebagainya),
atau dapat pula hanya terdiri atas alang-alang. Bila tidak terjadi gangguan
apapun selama proses tersebut berjalan akan terlihat bahwa perubahan itu
berlangsung ke satu arah.
Ekosistem yang disebut klimaks, dikatakan
bahwa dalam tingkat klimaks ini
komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah
dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap
(response) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi
atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas.
Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak
terjadi lagi, meskipun perubahan-perubahan internal yang diperlukan untuk
mempertahankan kehadiran komunitas berlangsung secara sinambung.
Untuk mencapai tingkatan humadity
kompleks harus ada perpaduan antara tumbuh-tumbuhan tigkat tinggi pada suatu daerah.
Tanah menurut penguraiaan ekologinya disebut sebagai factor edofik dan tanah
merupakan lingkungan dari tumbuh-tumbuhan yang paling efektif di muka bumi,
karena tanah sumber bahan makanan atau unsur-unsur hara yang dibutuhkan bagi
tumbuh-tumbuhan tersebut.
Faktor iklim dibedakan atas suhu, kelmbaban dan
cuaca tumbuhan akan mendukung reaksi terhadap perubahan lingkungan dan lama kelamaan
akan menyusuaikan diri. Biasanya pada suatu bioma akan ditemukan suatu klimaks
vegetasi yang uniform seperti rumput-rumputan dan kadang-kadang disisipi oleh
tumbuhan spesies lain.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu
dilakukan percobaan mengenai pergeseran vegetasi pada suatu daerah suksesi
serta laju penentuan jenis vegetasi sampai mencapai maksimal
1.2 Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini
adalah untuk mengetahui suksesi secara umum, jenis-jenis suksesi, tahap-tahap
suksesi, dan faktor yang mempengaruhi suksesi.
Percobaan
ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar tentang suksesi dan juga
dapat memberikan pengetahuan dasar tentang aspek-aspek suksesi serta
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi berjalannya suksesi.
.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Suksesi
Secara Umum
Suksesi ekologi adalah suatu konsep yang mendasar dalam ekologi, yang merujuk pada perubahan-perubahan
berangkai dalam struktur dan komposisi suatu komunitas ekologi yang dapat
diramalkan. Suksesi dapat terinisiasi oleh terbentuknya formasi baru suatu
habitat yang sebelumnya tidak dihuni oleh mahluk hidup ataupun oleh adanya
gangguan terhadap komunitas hayati yang telah ada sebelumnya oleh kebakaran,
badai, maupun penebangan hutan. Kasus yang pertama sering disebut juga sebagai suksesi
primer, sedangkan kasus kedua disebut sebagai suksesi sekunder (Sutomo, 2009).
Dengan demikian suksesi ekologi adalah suatu
proses perubahan
komponen-komponen spesies suatu komunitas selama selang waktu tertentu.
Menyusul adanya sebuah gangguan, suatu ekosistem biasanya akan berkembang dari
mulai tingkat organisasi sederhana (misalnya beberapa spesies dominan) hingga
ke komunitas yang lebih kompleks (banyak spesies yang interdependen) selama
beberapa generasi (Sutomo, 2009).
Suksesi terjadi sebagai akibat dari
modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi akan
berakhir dengan pembentukan suatu komunitas atau ekosistem yang disebut
klimaks. Dalam suksesi dikenal suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaan
antara dua suksesi ini terletak pada kondisi habitat pada awal suksesi terjadi
(Jamili dan Muksin, 2003).
Perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan
seringkali perubahan itu merupakan pergantian satu komunitas oleh komunitas
lain. Pada sebidang kebun yang telah dipanen dan ditinggalkan tidak ditanami
lagi akan bermunculan berbagai jenis tumbuhan liar yang membentuk komunitas.
Apabila lahan tersebut dibiarkan cukup lama maka komunitas tumbuhan yang
terbentuk dari waktu ke waktu akan mengalami perubahan komposisi jenis. Proses
perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke suatu arah pembentukan
menjadi secara teratur ini disebut suksesi (Jamili dan Muksin, 2003).
Pada dasarnya ada komunitas yang
statis tetapi pada hakikatnya senantiasa berubah dalam peredaran waktu.
Perubahan itu dikenal dalam jenjang-jenjang; yang pertama terjadi karena organisme tumbuh,
berinteraksi atau mati. Perubahan lain dalam jangka waktu lebih lama
mengakibatkan perubahan besar pada komposisi dan struktur suksesi ekologik,
sebagai reaksi komunitas perubahan faktor biotik fundamental dan evolusi
komunitas (Wirakusumah, 2003).
Namun
demikian perubahan-perubahan dari vegetasi tersebut bisa mencakup hilangnya
jenis-jenis tumbuhan tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas
struktural sebagai akibat dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin
saja terjadi di alam misalnya hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan vegetasi
seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau regresi (Wirakusumah,
2003).
2.2 Jenis
- Jenis Suksesi
Menurut wanggai
(2009) suksesi dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu suksesi primer
dan suksesi sekunder.
1. Suksesi
primer
Suksesi primer adalah perkembangan
tumbuhan secara gradual pada suatu daerah yang sama sekali belum ada vegetasi
hingga mencapai keseimbangan atau klimaks. Suksesi ini dikenal dengan suksesi
autogenik karena muncul pada kondisi dengan faktor-faktor lingkungan yang
dominan mempengaruhi pertumbuhan individu dalam komunitas tumbuh-tumbuhan
tersebut.
Suksesi primer dimulai dengan kehadiran
tumbuhan pionir disuatu tempat berbatu yang belum pernah dijumpai adanya
komunitas biotik tersebut sebelumnya, kemudian menjadi ekosistem hutan klimaks
(climax forest ecosystem). Terjadi bila komunitas asal mengalami gangguan berat
sekali, sehingga mengakibatkan komunitas asal hilang secara total, dan di tempat komunitas
asal terbentuk komunitas lain di habitat baru tersebut. Pada habitat
baru ini tidak ada lagi organisme yang membentuk komunitas
asal tertinggal. Pada habitat tersebut secara perlahan, dan pasti akan berkembang menuju suatu
komunitas yang klimaks dalam waktu lama. Proses suksesi primer ini membutuhkan
waktu yang lama sampai ratusan tahun.
2. Suksesi sekunder
Suksesi sekunder ini muncul pada daerah yang sebelumnya ada
vegetasi, baik sebagian maupun hampir seluruhnya telah rusak. Suksesi ini
dikenal dengan istilah alogenik (allogenik
sucsesion) karena berbagai faktor secara terpisah mempengaruhi tiap
individu tumbuhan dan habitatnya sehingga turut mempengaruhi perubahan dalam
perkembangan komunitas vegetasi tersebut secara keseluruhan (misalnya
kebakaran, perladangan, larva gunung berapi, atau serangan hama dan penyakit
secara periodik). Proses suksesi sekunder relatif sama dengan yang
terjadi pada suksesi primer. Perbedaannya terletak pada keadaan kerusakan
dan kondisi awal dari habitatnya. Terjadinya gangguan menyebabkan
komunitas alami tersebut rusak baik secara alami maupun buatan, dimana
gangguan tersebut tidak merusak total komunitas dan tempat hidup
organisme substrat lama, masih ada komunitas awal yang tersisa.
2.3 Tahap-Tahap Suksesi
Menurut Michael (2005), terdapat 4 tahap dalam
proses suksesi yaitu :
1. Fase Permulaan
Setelah penggundulan hutan atau pembersihan lahan, yang menyebabkan di ekosistem tersebut dengan
sendirinya hampir tidak ada biomasa yang tersisa yang mampu beregenerasi. Namun, terdapat tumbuhan-tumbuhan yang dapat tumbuh dengan cepat yaitu tumbuhan
herba dan semak-semak muncul dengan cepat dan menempati tanah yang gundul.
2. Fase Awal/Muda
Dalam kurun waktu tertentu misalkan kurang dari satu tahun, tumbuhan herba dan semak-semak akan digantikan posisinya oleh
jenis-jenis pohon pionir awal yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
pertumbuhan tinggi yang cepat, kerapatan kayu yang rendah, pertumbuhan cabang
sedikit, daun-daun berukuran besar yang sederhana, relatif muda/cepat mulai
berbunga, memproduksi banyak benih-benih dorman ukuran kecil yang disebarkan
oleh burung-burung, tikus atau angin, masa hidup yang pendek (7- 25 tahun),
berkecambah pada intensitas cahaya tinggi, dan daerah penyebaran yang luas.
Kebutuhan cahaya yang tinggi menyebabkan bahwa tingkat kematian pohon-pohon pionir awal pada
fase ini sangat tinggi, dan pohon-pohon yang berada di sekitarnya akan tumbuh dengan subur dengan umur yang kurang lebih sama.
3. Fase Dewasa
Setelah pohon-pohon pionir awal
mencapai tinggi maksimumnya dalam proses pertumbuhannya, tumbuhan pionir akan mati satu per satu dan secara berangsur-angsur digantikan oleh
pionir-pionir akhir, pionir-pionir akhir inilah yang akan membentuk lapisan-lapisan yaitu lapisan pohon yang homogen. karakteristik-karakteristik tumbuhan
pionir-pionir akhir yang relatif sebagai berikut: hamper
menyerupai pionir -pionir awal, namun
pionir-pionir akhir lebih tinggi, tumbuhan pionir akhir memiliki hidup lebih lama (50-100 tahun), dan sering mempunyai kayu yang lebih
padat.
4. Fase klimaks
Dalam fase ini pionir-pionir akhir akan mengalami masa pergantian, pionir-pionir akhir
akan mati satu per satu setelah sekitar 100 tahun dan berangsur-angsur akan
digantikan oleh beberapa jenis-jenis tumbuhanyang
tahan terhadapa naungan yang
telah tumbuh dibawah tajuk pionir-pionir akhir. Jenis-jenis ini adalah
jenis-jenis pohon klimaks dari hutan primer, yang dapat menunjukkan ciri-ciri
yang berbeda. jenis-jenis ini yang dimaksud dapat berjenis-jenis kayu tropik komersil yang bernilai tinggi.
2.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju
Suksesi
Menurut
Muhartini (2003) Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya
suksesi antara lain :
1. Iklim
Tumbuhan
tidak akan tumbuh dengan teratur bila terdapat variasi iklim yang lebar dan terjadi dalam waktu yang lama.
Perubahan keadaan iklim akan
mengakibatkan rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Pada
akhirnya suatu lahan yang kosong yang
merupakan lahan baru akan berkembang menjadi lebih baik, berkembang pula daya adaptasinya dan
kemudian akan mengubah kondisi/keadaan
iklim. Beberapa keadaan misalnya kekeringan, hujan dan salju sering membawa keadaan yang
tidak menguntungkan bagi vegetasi.
2. Topografi
Perubahan
kondisi tanah digolongkan menjadi dua yaitu erosi dan pengendapan. Erosi, dapat
terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah akan menjadi kosong, kemudian akan terjadi
penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan pada
akhirnya proses suksesi terjadi dari permulaan. Pengendapan, pengendapan tanah disebabkan
karena adanya arus yang kuat, glasial,
hujan salju dan pengelupasan tanah. Apabila pengendapan ini terjadi
disuatu tempat yang ada vegetasinya maka
vegetasi tersebut dapat rusak, sehingga di tempat tersebut akan dimulai suksesi dari permulaan.
3. Biotik
Adanya
beberapa kehidupan dapat juga menyebabkan bencana bagi vegetasi. Sebagai contoh
pemotongan rumput yang berulang-ulang, penggembalaan ternak, penebangan
hutan untuk pertanian dll menyebabkan adanya pergantian vegetasi.
Menurut Setiowati dkk
(2007) laju proses suksesi dalam
suatu ekosistem dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
1. Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
3. Kehadiran pemencar benih.
4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, spora dan benih serta curah hujan.
5. Jenis substrat baru yang terbentuk
6. Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
1. Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
3. Kehadiran pemencar benih.
4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, spora dan benih serta curah hujan.
5. Jenis substrat baru yang terbentuk
6. Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum suksesi ini dilakukan
di Teaching
Exfarm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Rabu, 18 Oktober 2017 pada jam
16.00 WITA - 18.00 WITA.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, cangkul, parang, korek api,
alat hitung dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan adalah tali rafia,
patok, label dan pasir.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja dalam praktikum ini sebagai berikut :
1.
Menyiapkan alat
yang akan digunakan
2.
Membuat plot
sebanyak 4 dengan ukuran 1m x 1m
3.
Setiap plot diberi perlakuan sebagai berikut:
P0 = Tanpa perusakan tanah
P1 = Perusakan tanah
P2 = Penutupan dengan pasir
P3 = Pembakaran lahan
4.
Mengamati dan
mencatat vegetasi yang ada
5.
Pengamatan
dilakukan setelah 7 hari, dan selanjtnya 2 minggu sekali
6. Mengamati dan catat jumlah dan jenis vegetasi yang tumbuh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
Berdasarkan
pengamatan diperoleh hasil yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1. Pengamatan
pertama suksesi
Tanggal
|
Plot
|
JumlahVegetasi
|
Total
|
|
DaunSempit
|
DaunLebar
|
|||
Rabu
25/10/2017
|
P0 (Tanpa Pengrusakan
Tanah
|
V1
= 6
|
V1 = 1
V2 = 1
V3 = 1
V4 = 1
V5 = 1
|
11
|
P1
(Pengrusakan Tanah)
|
V1
= 6
|
V1
= 47
V2 = 32
V3 = 35
|
120
|
|
P2
(Penutupan dengan Pasir)
|
V1
= 2
|
V1
= 9
V2 = 13
|
24
|
|
P3
(Pembakaran Lahan )
|
0
|
V1
= 54
|
54
|
|
Total vegasi
|
209
|
Sumber: data primer, 2017
Tabel
2.2. Pengamatan kedua suksesi
Tanggal Tabel 2.
|
Plot
|
JumlahVegetasi
|
Total
|
|
DaunSempit
|
DaunLebar
|
|||
Kamis
9/11/2016
|
P0
(Tanpa Pengrusakan Tanah
|
V1
= 63
|
V1 = 17
V2 = 18
V3 = 9
V4 = 26
V5 = 12
|
145
|
P1
(Pengrusakan Tanah)
|
V1
= 2
|
V1
= 47
V2 = 31
V3 = 36
|
116
|
|
P2 (Penutupan dengan Pasir)
|
V1
= 4
|
V1
= 51
V2 = 63
|
118
|
|
P3
(Pembakaran Lahan )
|
V1
= 3
|
V1
= 155
|
158
|
|
Total vegasi
|
537
|
Sumber: data primer, 2017
4.2.
Pembahasan
Pada
Praktikum kali ini dapat diketahui bahwa setiap minggunya terjadi
penambahan vegetasi yang mengakibatkan bertambahnya populasi. Hal dapat dilihat
pada kenaikan kepadatan dan frekuensi semua jenis vegetasi. Hal ini sesuai
pernyataan Sutomo (2009) bahwa suksesi ekologi
adalah suatu proses perubahan komponen-komponen spesies suatu komunitas
selama selang waktu tertentu. Menyusul adanya sebuah gangguan, suatu ekosistem
biasanya akan berkembang dari mulai tingkat organisasi sederhana (misalnya
beberapa spesies dominan) hingga ke komunitas yang lebih kompleks (banyak
spesies yang interdependen) selama beberapa generasi.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan
dapat diketahui bahwa vegetasi yang pertama muncul adalah jenis rerumputan. Hal
ini disebabkan jenis suksesi merupakan suksesi sekunder, dimana sudah terdapat
kehidupan sebelumnya. Vegetasi yang biasanya muncul pertama kali biasanya
berupa tumbuhan pelopor atau pionir yaitu tumbuhan yang berkemampuan tinggi
untuk hidup pada lingkungan yang serba terbatas pada berbagai faktor pembatas.hal
ini sesuai pernyataan Michael (2005) yang menyatakan bahwa terdapat tumbuhan-tumbuhan yang dapat tumbuh dengan cepat yaitu tumbuhan
herba dan semak-semak muncul dengan cepat dan menempati tanah yang gundul.
Dapat
diketahui bahwa plot pengerusakan tanah merupakan plot yang paling cepat
ditumbuhi vegetasi adalah plot pengerusakan lahan karena struktur tanah,
kesuburan dan unsur hara masih dipertanhankan sehingga dapat memicu pertumbuhan
vegetasi secara cepat. Hal ini sesuai pernyataan majid (1997) dalam Onrizal (2005) yang menyatakan
bahwa pembukaan lahan tanpa bakar adalah melindung humus dan mulsa yang
terbentuk bertahun-tahun, mempertahankan kelembaban dan pH tanah serta
mempertahankan kelestarian lingkungan.
Pada percobaan suksesi yang telah dilakukan
dapat dikatakan berhasil karena pada plot yang telah dibuat terjadinya proses suksesi yaitu perubahan
dalam suatu komunitas yang berlangsung menuju ke suatu arah pembentukan
komunitas secara teratur. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya beberapa jenis
vegetasi yang nantinya akan membentuk suatu komunitas baru. Selain mengalami
penambahan vegetasi juga mengalami pengurangan vegetasi. Hal ini didukung pernyataan Jamili
dan Muksin (2003) yang menyatakan bahwa suksesi terjadi sebagai
akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses
perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke suatu arah pembentukan
menjadi secara teratur. Proses suksesi akan berakhir dengan pembentukan suatu
komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Perubahan yang terjadi dalam
komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu
merupakan pergantian satu komunitas oleh komunitas lain.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pergeseran vegetasi pada daerah
suksesi dan perubahan jumlah vegetasi serta jenis vegetasi setiap minggunya
yang menunjukkan laju penutupan jenis vegetasi yang setiap minggunya mengalami
perubahan jumlah vegetasi menjadi lebih banyak
2. Dengan
adanya percobaan ini dapat diketahui aspek=aspek suksesi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi suksesi baik yang langsung maupun tidak langsung seperti perlakuan
yang berbeda pada setiap plot
5.2
Saran
Sebaiknya
pengamatan suksesi harus lebih teliti dalam mengamati dan menghitung
jenis vegetasi dan jumlah setiap vegetasi yang tumbuh pada plot yang telah
dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Jamili
dan Muksin. 2003. Penuntun Praktikum
Dasar-dasar Ekologi. FMIPA Unhalu. Kendari.
Michael, Purba.2005.Metode
Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press: Jakarta
Muhartini,
Sri. 2003. Rencana program kegiatan pembelajaran semester dasar dasar
ekologi. Universitas gadjah mada. Yogyakarta.
Onrizal.
2005. Pembukaan Lahan Dengan Dan Tanpa
Pembakaran. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Setiowati
dkk . 2007. Biologi Interaktif Kelas X
IPA. Ganeca Exact.. Jakarta
Sutomo.
2009. Kondisi Vegetasi Dan Panduan
Inisiasi Restorasi Ekosistem Hutan Di Bekas Areal Kebakaran Bukit Pohen Cagar
Alam Batukahu Bali (Suatu Kajian Pustaka). Jurnal Biologi XIII (2) : 45 –
50.
Wanggai,
Frans. 2009. Manajemen Hutan . Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta
Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar
Ekologi :Menopang Pengetahuan Ilmu-ilmu Lingkungan. UI Press, Jakarta.
LAMPIRAN
1. Perhitungan
a. Pengamatan pertama
1.
Dominasi :

P0 =
= 11 P2 =
= 24


P1 =
= 120 P3 =
= 54


2.
Dominasi
Relatif =

P0 =
= 5,26
% P2 =
= 11,48
%


P1 =
= 5,74
% P3 =
= 25,83
%


3.
Kecepatan
Jenis = 

P0 =
= 2,75 P2 =
= 6


P1 =
= 30 P3 =
= 13,5


4.
Kepadatan
Semua Jenis = P0+P1+P2+P3
= 2,75 + 30 + 6 + 13,5
= 82,25
5.
Kecepatan
Relatif =

P0 =
= 3,34 % P2 =
= 7,29
%


P1 =
= 36,47 % P3
=
= 16,41
%


6.
Frekuensi
Jenis = 

Daun Sempit =
= 0,75

Daun Lebar =
= 1

7.
Frekuensi
Relatif = 

Daun Sempit =
= 37,5
%

Daun Lebar =
= 50 %

b. Pengamatan kedua
1.
Dominasi :

P0 =
= 145 P2 =
= 118


P1 =
= 116 P3 =
= 158


2.
Dominasi
Relatif =

P0 =
= 27
% P2 =
= 21,97
%


P1 =
= 21,60
% P3 =
= 29,42
%


3.
Kecepatan
Jenis = 

P0 =
= 36,25 P2 =
= 29,5


P1 =
= 29 P3 =
= 39,5


4.
Kepadatan
Semua Jenis = P0+P1+P2+P3
= 36,25 + 29+ 29,5 + 39,5
= 134,25
5.
Kecepatan
Relatif =

P0 =
= 27 % P2 =
= 21
%


P1 =
= 21 % P3
=
= 29,4
%


6.
Frekuensi
Jenis = 

Daun Sempit =
= 1

Daun Lebar =
= 1

7.
Frekuensi
Relatif = 

Daun Sempit =
= 50
%

Daun Lebar =
= 50 %

2. Gambar


Gambar 1. Pengukuran plot Gambar 2 . Pembuatan plot alami


Gambar 3. Pembuatan plot Gambar 4. Pembuatan plot
Perusakan tanah Penutupan
dengan pasir


Komentar
Posting Komentar