laporan suksesi

Laporan praktikum
Dasar-Dasar Ekologi

SUKSESI


                                      NAMA           :           RAHMAT SOLEH
                                      NIM                :           G011171066
                                      KELAS           :           DDE A
                                      KELOMPOK :           1
                                      ASISTEN       :           1. SRIBULAN HENDRIK
                                                                          2. ANDRI JASMITRO



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
            Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi terjadi apabila terdapat gangguan dalam suatu ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis).
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Dapat kita lihat misalnya pada sebidang kebun jagung yang setelah panen ditinggal dan tidak ditanami lagi. Disitu akan bermunculan berbagai jenis tumbuhan gulma yang membentuk komunitas. Apabila lahan itu dibiarkan cukup lama, dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke waktu akan terjadi pergantian komposisi jenis. Bila kita amati dalam kurun waktu tertentu akan terlihat bahwa komunitas yang terbentuk pada akhir kurun waktu tersebut akan berbeda, baik komposisi jenis maupun strukturnya, dengan komunitas yang terbentuk pada awal pengamatan. Pada masa awal dapat saja komunitas yang terbentuk tersusun oleh tumbuhan terna (seperti badotan, rumput pahit, rumput teki, dan sebagainya). Tetapi beberapa tahun kemudian di tempat yang sama, yang terlihat adalah komunitas yang sebagian besar tersusun oleh tumbuhan perdu dan pohon (seperti kirinyu, senduduk, laban, dan sebagainya), atau dapat pula hanya terdiri atas alang-alang. Bila tidak terjadi gangguan apapun selama proses tersebut berjalan akan terlihat bahwa perubahan itu berlangsung ke satu arah.
            Ekosistem yang disebut klimaks, dikatakan bahwa dalam  tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (response) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi, meskipun perubahan-perubahan internal yang diperlukan untuk mempertahankan kehadiran komunitas berlangsung secara sinambung.
            Untuk mencapai tingkatan humadity kompleks harus ada perpaduan antara tumbuh-tumbuhan tigkat tinggi pada suatu daerah. Tanah menurut penguraiaan ekologinya disebut sebagai factor edofik dan tanah merupakan lingkungan dari tumbuh-tumbuhan yang paling efektif di muka bumi, karena tanah sumber bahan makanan atau unsur-unsur hara yang dibutuhkan bagi tumbuh-tumbuhan tersebut.
Faktor iklim dibedakan atas suhu, kelmbaban dan cuaca tumbuhan akan mendukung reaksi terhadap perubahan lingkungan dan lama kelamaan akan menyusuaikan diri. Biasanya pada suatu bioma akan ditemukan suatu klimaks vegetasi yang uniform seperti rumput-rumputan dan kadang-kadang disisipi oleh tumbuhan spesies lain.
            Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan percobaan mengenai pergeseran vegetasi pada suatu daerah suksesi serta laju penentuan jenis vegetasi sampai mencapai maksimal
1.2       Tujuan dan Kegunaan
       Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui suksesi secara umum, jenis-jenis suksesi, tahap-tahap suksesi, dan faktor yang mempengaruhi suksesi.
            Percobaan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar tentang suksesi dan juga dapat memberikan pengetahuan dasar tentang aspek-aspek suksesi serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi berjalannya suksesi.
.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Suksesi Secara Umum
            Suksesi ekologi adalah suatu konsep yang mendasar dalam ekologi,  yang merujuk pada perubahan-perubahan berangkai dalam struktur dan komposisi suatu komunitas ekologi yang dapat diramalkan. Suksesi dapat terinisiasi oleh terbentuknya formasi baru suatu habitat yang sebelumnya tidak dihuni oleh mahluk hidup ataupun oleh adanya gangguan terhadap komunitas hayati yang telah ada sebelumnya oleh kebakaran, badai, maupun penebangan hutan. Kasus yang  pertama sering disebut juga sebagai suksesi primer, sedangkan kasus kedua disebut sebagai suksesi sekunder (Sutomo, 2009).
             Dengan demikian suksesi ekologi adalah suatu proses perubahan komponen-komponen spesies suatu komunitas selama selang waktu tertentu. Menyusul adanya sebuah gangguan, suatu ekosistem biasanya akan berkembang dari mulai tingkat organisasi sederhana (misalnya beberapa spesies dominan) hingga ke komunitas yang lebih kompleks (banyak spesies yang interdependen) selama beberapa generasi  (Sutomo, 2009).
            Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi akan berakhir dengan pembentukan suatu komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dalam suksesi dikenal suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaan antara dua suksesi ini terletak pada kondisi habitat pada awal suksesi terjadi (Jamili dan Muksin, 2003).
            Perubahan yang  terjadi dalam  komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu merupakan pergantian satu komunitas oleh komunitas lain. Pada sebidang kebun yang telah dipanen dan ditinggalkan tidak ditanami lagi akan bermunculan berbagai jenis tumbuhan liar yang membentuk komunitas. Apabila lahan tersebut dibiarkan cukup lama maka komunitas tumbuhan yang terbentuk dari waktu ke waktu akan mengalami perubahan komposisi jenis. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke suatu arah pembentukan menjadi secara teratur ini disebut suksesi (Jamili dan Muksin, 2003).
            Pada dasarnya ada komunitas yang statis tetapi pada hakikatnya senantiasa berubah dalam peredaran waktu. Perubahan itu dikenal dalam jenjang-jenjang; yang  pertama terjadi karena organisme tumbuh, berinteraksi atau mati. Perubahan lain dalam jangka waktu lebih lama mengakibatkan perubahan besar pada komposisi dan struktur suksesi ekologik, sebagai reaksi komunitas perubahan faktor biotik fundamental dan evolusi komunitas (Wirakusumah, 2003).
            Namun demikian perubahan-perubahan dari vegetasi tersebut bisa mencakup hilangnya jenis-jenis tumbuhan tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas struktural sebagai akibat dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin saja terjadi di alam misalnya hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan vegetasi seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau regresi (Wirakusumah, 2003).
2.2       Jenis - Jenis Suksesi
            Menurut wanggai (2009) suksesi dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
1.    Suksesi primer 
            Suksesi primer adalah perkembangan tumbuhan secara gradual pada suatu daerah yang sama sekali belum ada vegetasi hingga mencapai keseimbangan atau klimaks. Suksesi ini dikenal dengan suksesi autogenik karena muncul pada kondisi dengan faktor-faktor lingkungan yang dominan mempengaruhi pertumbuhan individu dalam komunitas tumbuh-tumbuhan tersebut.
            Suksesi primer dimulai dengan kehadiran tumbuhan pionir disuatu tempat berbatu yang belum pernah dijumpai adanya komunitas biotik tersebut sebelumnya, kemudian menjadi ekosistem hutan klimaks (climax forest ecosystem). Terjadi bila komunitas asal mengalami gangguan berat sekali, sehingga mengakibatkan komunitas asal hilang secara total, dan di tempat komunitas asal terbentuk komunitas lain di habitat baru tersebut. Pada habitat baru ini tidak ada lagi organisme yang membentuk komunitas asal tertinggal. Pada habitat tersebut secara perlahan,  dan pasti akan berkembang menuju suatu komunitas yang klimaks dalam waktu lama. Proses suksesi primer ini membutuhkan waktu yang lama sampai ratusan tahun. 
2.  Suksesi sekunder
            Suksesi sekunder ini muncul pada daerah yang sebelumnya ada vegetasi, baik sebagian maupun hampir seluruhnya telah rusak. Suksesi ini dikenal dengan istilah alogenik (allogenik sucsesion) karena berbagai faktor secara terpisah mempengaruhi tiap individu tumbuhan dan habitatnya sehingga turut mempengaruhi perubahan dalam perkembangan komunitas vegetasi tersebut secara keseluruhan (misalnya kebakaran, perladangan, larva gunung berapi, atau serangan hama dan penyakit secara periodik). Proses suksesi sekunder relatif sama dengan yang terjadi pada suksesi primer.  Perbedaannya terletak pada keadaan kerusakan dan kondisi awal dari habitatnya. Terjadinya gangguan menyebabkan komunitas alami tersebut rusak baik secara alami maupun buatan, dimana gangguan tersebut tidak  merusak total komunitas dan tempat hidup organisme substrat lama, masih ada komunitas awal yang tersisa.
2.3        Tahap-Tahap Suksesi
     Menurut Michael (2005), terdapat 4 tahap dalam proses suksesi yaitu :
1.    Fase Permulaan
     Setelah penggundulan hutan atau pembersihan lahan, yang menyebabkan di ekosistem tersebut dengan sendirinya hampir tidak ada biomasa yang tersisa yang mampu beregenerasi. Namun, terdapat tumbuhan-tumbuhan yang dapat tumbuh dengan cepat yaitu tumbuhan herba dan semak-semak muncul dengan cepat dan menempati tanah yang gundul.
2.    Fase Awal/Muda
       Dalam kurun waktu tertentu misalkan kurang dari satu tahun, tumbuhan herba dan semak-semak akan digantikan posisinya oleh jenis-jenis pohon pionir awal yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pertumbuhan tinggi yang cepat, kerapatan kayu yang rendah, pertumbuhan cabang sedikit, daun-daun berukuran besar yang sederhana, relatif muda/cepat mulai berbunga, memproduksi banyak benih-benih dorman ukuran kecil yang disebarkan oleh burung-burung, tikus atau angin, masa hidup yang pendek (7- 25 tahun), berkecambah pada intensitas cahaya tinggi, dan daerah penyebaran yang luas. Kebutuhan cahaya yang tinggi menyebabkan bahwa tingkat kematian pohon-pohon pionir awal pada fase ini sangat tinggi, dan pohon-pohon yang berada di sekitarnya akan tumbuh  dengan subur dengan umur yang kurang lebih sama.


3.    Fase Dewasa
     Setelah pohon-pohon pionir awal mencapai tinggi maksimumnya dalam proses pertumbuhannya,  tumbuhan pionir akan mati satu per satu dan secara berangsur-angsur digantikan oleh pionir-pionir akhir, pionir-pionir akhir inilah yang akan membentuk lapisan-lapisan yaitu lapisan pohon yang homogen. karakteristik-karakteristik tumbuhan pionir-pionir akhir yang relatif sebagai berikut:  hamper menyerupai pionir -pionir awal, namun pionir-pionir akhir lebih tinggi, tumbuhan pionir akhir memiliki hidup lebih lama (50-100 tahun), dan sering mempunyai kayu yang lebih padat.
4.    Fase klimaks
     Dalam fase ini pionir-pionir  akhir akan mengalami masa pergantian, pionir-pionir akhir akan mati satu per satu setelah sekitar 100 tahun dan berangsur-angsur akan digantikan oleh beberapa jenis-jenis tumbuhanyang tahan terhadapa naungan yang telah tumbuh dibawah tajuk pionir-pionir akhir. Jenis-jenis ini adalah jenis-jenis pohon klimaks dari hutan primer, yang dapat menunjukkan ciri-ciri yang berbeda. jenis-jenis ini yang dimaksud dapat berjenis-jenis kayu tropik komersil yang bernilai tinggi.
2.4       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Suksesi
            Menurut Muhartini (2003) Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya suksesi antara lain :
1. Iklim
            Tumbuhan tidak akan tumbuh dengan teratur bila terdapat variasi iklim  yang lebar dan terjadi dalam waktu yang lama. Perubahan keadaan iklim akan  mengakibatkan rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Pada akhirnya  suatu lahan yang kosong yang merupakan lahan baru akan berkembang menjadi lebih  baik, berkembang pula daya adaptasinya dan kemudian akan mengubah  kondisi/keadaan iklim. Beberapa keadaan misalnya kekeringan,  hujan dan salju sering membawa keadaan yang tidak menguntungkan bagi vegetasi.
2. Topografi
            Perubahan kondisi tanah digolongkan menjadi dua yaitu erosi dan pengendapan. Erosi, dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah akan  menjadi kosong, kemudian akan terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan pada  akhirnya proses suksesi terjadi dari permulaan.  Pengendapan, pengendapan tanah disebabkan karena adanya arus yang kuat,  glasial, hujan salju dan pengelupasan tanah. Apabila pengendapan ini terjadi disuatu  tempat yang ada vegetasinya maka vegetasi tersebut dapat rusak, sehingga di tempat  tersebut akan dimulai suksesi dari permulaan.
3. Biotik
            Adanya beberapa kehidupan dapat juga menyebabkan bencana bagi vegetasi. Sebagai contoh pemotongan rumput yang berulang-ulang, penggembalaan ternak,   penebangan hutan untuk pertanian dll menyebabkan adanya pergantian vegetasi.
            Menurut Setiowati dkk  (2007)  laju proses suksesi dalam suatu ekosistem dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
1.     Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
2.     Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
3.     Kehadiran pemencar benih.
4.     Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji,    spora dan benih serta curah hujan.
5.     Jenis substrat baru yang terbentuk
6.     Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.


BAB III
METODOLOGI
3.1       Tempat dan Waktu
     Praktikum suksesi ini dilakukan di Teaching Exfarm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Rabu, 18 Oktober 2017 pada jam 16.00 WITA - 18.00 WITA.
3.2       Alat dan Bahan
     Alat-alat yang digunakan  pada praktikum ini  adalah meteran, cangkul, parang, korek api, alat hitung dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan adalah tali rafia, patok, label dan pasir.
3.3       Prosedur Kerja
     Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini sebagai berikut :
1.        Menyiapkan alat yang akan digunakan
2.        Membuat plot sebanyak 4 dengan ukuran 1m x 1m
3.        Setiap  plot diberi perlakuan sebagai berikut:
P0 = Tanpa perusakan tanah
P1 = Perusakan tanah
P2 = Penutupan dengan pasir
P3 = Pembakaran lahan
4.        Mengamati dan mencatat vegetasi yang ada
5.        Pengamatan dilakukan setelah 7 hari, dan selanjtnya 2 minggu sekali
6.   Mengamati dan catat jumlah dan jenis vegetasi yang tumbuh.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1          Hasil
            Berdasarkan pengamatan diperoleh hasil yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1. Pengamatan pertama suksesi
Tanggal
Plot
JumlahVegetasi
Total
DaunSempit
DaunLebar
Rabu
25/10/2017
P0 (Tanpa Pengrusakan Tanah
V1 = 6

V1 = 1
V2 = 1
V3 = 1
V4 = 1
V5 = 1
11
P1 (Pengrusakan Tanah)

V1 = 6

V1 = 47
V2 = 32
V3 = 35
120
P2 (Penutupan dengan Pasir)
V1 = 2

V1 = 9
V2 = 13
24
P3 (Pembakaran Lahan )
0
V1 = 54

54
Total vegasi
209
Sumber: data primer, 2017
Tabel 2.2. Pengamatan kedua suksesi
Tanggal Tabel 2.
Plot
JumlahVegetasi
Total
DaunSempit
DaunLebar
Kamis
9/11/2016
P0
(Tanpa Pengrusakan Tanah
V1 = 63

V1 = 17
V2 = 18
V3 = 9
V4 = 26
V5 = 12
145
P1 (Pengrusakan Tanah)
V1 = 2

V1 = 47
V2 = 31
V3 = 36
116
P2 (Penutupan dengan Pasir)
V1 = 4

V1 = 51
   V2 = 63

118
P3 (Pembakaran Lahan )
V1 = 3

V1 = 155

158

Total vegasi
537
Sumber: data primer, 2017
4.2.      Pembahasan
Pada Praktikum kali ini dapat diketahui bahwa setiap minggunya terjadi penambahan vegetasi yang mengakibatkan bertambahnya populasi. Hal dapat dilihat pada kenaikan kepadatan dan frekuensi semua jenis vegetasi. Hal ini sesuai pernyataan Sutomo (2009) bahwa suksesi ekologi adalah suatu proses perubahan komponen-komponen spesies suatu komunitas selama selang waktu tertentu. Menyusul adanya sebuah gangguan, suatu ekosistem biasanya akan berkembang dari mulai tingkat organisasi sederhana (misalnya beberapa spesies dominan) hingga ke komunitas yang lebih kompleks (banyak spesies yang interdependen) selama beberapa generasi.
     Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa vegetasi yang pertama muncul adalah jenis rerumputan. Hal ini disebabkan jenis suksesi merupakan suksesi sekunder, dimana sudah terdapat kehidupan sebelumnya. Vegetasi yang biasanya muncul pertama kali biasanya berupa tumbuhan pelopor atau pionir yaitu tumbuhan yang berkemampuan tinggi untuk hidup pada lingkungan yang serba terbatas pada berbagai faktor pembatas.hal ini sesuai pernyataan Michael (2005) yang menyatakan bahwa terdapat tumbuhan-tumbuhan yang dapat tumbuh dengan cepat yaitu tumbuhan herba dan semak-semak muncul dengan cepat dan menempati tanah yang gundul.
   Dapat diketahui bahwa plot pengerusakan tanah merupakan plot yang paling cepat ditumbuhi vegetasi adalah plot pengerusakan lahan karena struktur tanah, kesuburan dan unsur hara masih dipertanhankan sehingga dapat memicu pertumbuhan vegetasi secara cepat. Hal ini sesuai pernyataan majid (1997) dalam Onrizal (2005) yang menyatakan bahwa pembukaan lahan tanpa bakar adalah melindung humus dan mulsa yang terbentuk bertahun-tahun, mempertahankan kelembaban dan pH tanah serta mempertahankan kelestarian lingkungan.  
     Pada percobaan suksesi yang telah dilakukan dapat dikatakan berhasil karena pada plot yang telah dibuat  terjadinya proses suksesi yaitu perubahan dalam suatu komunitas yang berlangsung menuju ke suatu arah pembentukan komunitas secara teratur. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya beberapa jenis vegetasi yang nantinya akan membentuk suatu komunitas baru. Selain mengalami penambahan vegetasi juga mengalami pengurangan vegetasi. Hal ini didukung pernyataan Jamili dan Muksin (2003) yang menyatakan bahwa suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke suatu arah pembentukan menjadi secara teratur. Proses suksesi akan berakhir dengan pembentukan suatu komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Perubahan yang  terjadi dalam  komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu merupakan pergantian satu komunitas oleh komunitas lain.



BAB V
PENUTUP
5.1       Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pergeseran vegetasi pada daerah suksesi dan perubahan jumlah vegetasi serta jenis vegetasi setiap minggunya yang menunjukkan laju penutupan jenis vegetasi yang setiap minggunya mengalami perubahan jumlah vegetasi menjadi lebih banyak
2.      Dengan adanya percobaan ini dapat diketahui aspek=aspek suksesi dan faktor-faktor yang mempengaruhi suksesi baik yang langsung maupun tidak langsung seperti perlakuan yang berbeda pada setiap plot 
5.2       Saran
            Sebaiknya pengamatan suksesi harus lebih teliti dalam mengamati dan menghitung  jenis vegetasi dan jumlah setiap vegetasi yang tumbuh pada plot yang telah dibuat.


DAFTAR PUSTAKA
Jamili dan Muksin. 2003. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ekologi. FMIPA Unhalu. Kendari.
Michael, Purba.2005.Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press: Jakarta
Muhartini, Sri. 2003. Rencana program  kegiatan pembelajaran semester dasar dasar ekologi. Universitas gadjah mada. Yogyakarta.
Onrizal. 2005. Pembukaan Lahan Dengan Dan Tanpa Pembakaran. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Setiowati dkk . 2007. Biologi Interaktif Kelas X IPA. Ganeca Exact.. Jakarta
Sutomo. 2009. Kondisi Vegetasi Dan Panduan Inisiasi Restorasi Ekosistem Hutan Di Bekas Areal Kebakaran Bukit Pohen Cagar Alam Batukahu Bali (Suatu Kajian Pustaka). Jurnal Biologi XIII (2) : 45 – 50.
Wanggai, Frans. 2009.  Manajemen Hutan . Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta
Wirakusumah, S.  2003. Dasar-dasar Ekologi :Menopang Pengetahuan Ilmu-ilmu Lingkungan. UI Press, Jakarta.


LAMPIRAN
1.        Perhitungan
a.        Pengamatan pertama
1.      Dominasi         :
P0 =  = 11                            P2  =  = 24
P1 =   = 120                                    P3 =  = 54
2.      Dominasi Relatif =
P0 =   = 5,26           P2 =   = 11,48 %
P1 =  = 5,74 %               P3 =   = 25,83 %
3.      Kecepatan Jenis =
P0 =  = 2,75                         P2 =  = 6
P1 =  = 30                          P3 =  = 13,5
4.      Kepadatan Semua Jenis          = P0+P1+P2+P3
                                                = 2,75 + 30 + 6 + 13,5
            =  82,25
5.      Kecepatan Relatif       =  
P0 =  =  3,34 %             P2 =  = 7,29 %
P1 =  =  36,47 %          P3 =  = 16,41 %
6.      Frekuensi Jenis  =
Daun Sempit =  = 0,75
Daun Lebar =   = 1
7.      Frekuensi Relatif =
Daun Sempit =   = 37,5 %
Daun Lebar  =   = 50 %

b.        Pengamatan kedua
1.      Dominasi         :
P0 =  = 145                         P2  =  = 118
P1 =   = 116                                    P3 =  = 158
2.      Dominasi Relatif =
P0 =   = 27 %                P2 =   = 21,97 %
P1 =  = 21,60 %             P3 =   = 29,42 %
3.      Kecepatan Jenis =
P0 =  = 36,25                                 P2 =  = 29,5
P1 =  = 29                                       P3 =  = 39,5
4.      Kepadatan Semua Jenis          = P0+P1+P2+P3
                                                = 36,25 + 29+ 29,5 + 39,5
            =  134,25
5.      Kecepatan Relatif       =  
P0 =  =  27 %              P2 =  = 21 %
P1 =  =  21 %             P3 =  = 29,4 %
6.      Frekuensi Jenis  =
Daun Sempit =  = 1
Daun Lebar =   = 1
7.      Frekuensi Relatif =
Daun Sempit =   = 50 %
Daun Lebar  =   = 50 %



2.        Gambar
      Description: G:\ekologi\ekologi gua\lampiran suksesi\1511702557738.jpg                  Description: G:\ekologi\ekologi gua\lampiran suksesi\1511702602734.jpg  
     Gambar 1. Pengukuran plot                                              Gambar 2 . Pembuatan  plot alami
      Description: G:\ekologi\ekologi gua\lampiran suksesi\1511702613502.jpg                 Description: G:\ekologi\ekologi gua\lampiran suksesi\1511702640429.jpg   
Gambar 3. Pembuatan plot                                        Gambar 4. Pembuatan plot
Perusakan tanah                                                                      Penutupan dengan pasir
 Description: G:\ekologi\ekologi gua\lampiran suksesi\1511702623083.jpg                Description: G:\ekologi\ekologi gua\lampiran suksesi\1511702533726.jpg  Gambar 5. pembuatan plot  pembakaran                 Gambar 6. Penghitungan jumlah lahan                                                                                  vegetasi

                 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

laporan pola penyebaran populasi

laporan dekomposisi